Ongkos angkot dijamin tak naik
A
A
A
Sindonews.com - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang akan dilakukan pemerintah dengan kemungkinan akan mempengaruhi kepada naiknya tarif angkutan umum terutama angkutan kota (angkot). Namun Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Surabaya Wastomi mengatakan pihaknya tidak akan menaikkan tarif.
"Kenaikan harga BBM yang dipastikan naik memang meresahkan Organda. Biaya dasar untuk angkutan jelas naik dan keuntungan semakin mepet. Namun tarif tidak akan naik," ungkapnya Selasa, (6/3/2012)
Dia juga menambahkan bahwa tidak adanya kenaikan biaya angkot diambil melalui kesepakatan Organda Surabaya. Pihaknya ingin mempertahankan jumlah masyarakat yang memilih moda transportasi umum. Kenaikan angkot akan membawa perubahan warga dalam memilih transportasi.
”Bisa-bisa malah tambah banyak yang pakai sepeda motor. Makanya dampak kenaikan ongkos angkot akan banyak orang yang meninggalkan naik transportasi massal,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan Organda, akan kembali melakukan rapat pasca pemerintah menetapkan harga BBM yang baru secara resmi. Harapan Organda bisa mendapatkan BBM bersubsidi dari pemerintah dan mempertahankan tarif sehingga tidak akan menaikkan ongkos angkot di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, pihaknya tetap ingin pengusaha angkot mandiri. Makanya pembentukan koperasi bagi supir maupun pengusaha angkot penting untuk segera direalisasikan.
“Nantinya angkot juga bisa diremajakan. BBM juga bisa dikurangi dengan pemakaian angkutan yang baru,” jelasnya.
Namun rencana kenaikan BBM ini sudah membuat warga Surabaya was-was yang mengkhawatirkan akan diikuti dengan kenaikan bahan pokok serta biaya transportasi massal.
Bagi warga Surabaya, jika kenaikan transportasi massal terjadi akan menambah penderitaan warga. Besaran upah minimum kota (UMK) yang diterima pekerja di Kota Pahlawan sebesar Rp1.200.000 tak bisa memenuhi kebutuhan yang ada, apalagi kalau biaya transportasi massal ikut naik seiring kenaikan harga BBM.
“Semoga saja tak ada kenaikan, biaya transportasi yang ada saat ini sudah mencekik,” ujar Reny Mardiana, warga Jalan Karang Menjangan.
Ia melanjutkan, biaya transportasi massal seperti angkutan kota (angkot) di dalam kota saja sudah mencapai Rp3.000-Rp3.500. Baik jarak dekat maupun jauh, penumpang sudah dikenakan tarif Rp3.000.
“Kalau mau pulang-pergi kerja, berarti kami harus menyiapkan Rp10.000. Kalau dinaikan lagi karena BBM naik, kami tak mencukupi untuk kebutuhan hidup lainnya,” ungkapnya. (ank)
"Kenaikan harga BBM yang dipastikan naik memang meresahkan Organda. Biaya dasar untuk angkutan jelas naik dan keuntungan semakin mepet. Namun tarif tidak akan naik," ungkapnya Selasa, (6/3/2012)
Dia juga menambahkan bahwa tidak adanya kenaikan biaya angkot diambil melalui kesepakatan Organda Surabaya. Pihaknya ingin mempertahankan jumlah masyarakat yang memilih moda transportasi umum. Kenaikan angkot akan membawa perubahan warga dalam memilih transportasi.
”Bisa-bisa malah tambah banyak yang pakai sepeda motor. Makanya dampak kenaikan ongkos angkot akan banyak orang yang meninggalkan naik transportasi massal,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan Organda, akan kembali melakukan rapat pasca pemerintah menetapkan harga BBM yang baru secara resmi. Harapan Organda bisa mendapatkan BBM bersubsidi dari pemerintah dan mempertahankan tarif sehingga tidak akan menaikkan ongkos angkot di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, pihaknya tetap ingin pengusaha angkot mandiri. Makanya pembentukan koperasi bagi supir maupun pengusaha angkot penting untuk segera direalisasikan.
“Nantinya angkot juga bisa diremajakan. BBM juga bisa dikurangi dengan pemakaian angkutan yang baru,” jelasnya.
Namun rencana kenaikan BBM ini sudah membuat warga Surabaya was-was yang mengkhawatirkan akan diikuti dengan kenaikan bahan pokok serta biaya transportasi massal.
Bagi warga Surabaya, jika kenaikan transportasi massal terjadi akan menambah penderitaan warga. Besaran upah minimum kota (UMK) yang diterima pekerja di Kota Pahlawan sebesar Rp1.200.000 tak bisa memenuhi kebutuhan yang ada, apalagi kalau biaya transportasi massal ikut naik seiring kenaikan harga BBM.
“Semoga saja tak ada kenaikan, biaya transportasi yang ada saat ini sudah mencekik,” ujar Reny Mardiana, warga Jalan Karang Menjangan.
Ia melanjutkan, biaya transportasi massal seperti angkutan kota (angkot) di dalam kota saja sudah mencapai Rp3.000-Rp3.500. Baik jarak dekat maupun jauh, penumpang sudah dikenakan tarif Rp3.000.
“Kalau mau pulang-pergi kerja, berarti kami harus menyiapkan Rp10.000. Kalau dinaikan lagi karena BBM naik, kami tak mencukupi untuk kebutuhan hidup lainnya,” ungkapnya. (ank)
()