7,8% pengangguran bertitle sarjana
A
A
A
Sindonews.com – Tingginya jumlah lulusan perguruan tinggi atau sarjana strata 1 (S-1) yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan kerja yang memadai menyebabkan jumlah intelektual yang menganggur tinggi.
Selain itu, persoalan terbatasnya informasi dan kualifikasi yang kurang memenuhi kompetensi juga menjadi pemicu utama mengapa penyerapan angkatan kerja, terutama jebolan dari perguruan tinggi sampai sekarang masih rendah.
“Pengangguran akademik ini bukan semata-mata akibat jumlah lapangan pekerjaan yang kurang, tapi juga tidak lancarnya pertemuan antara pencari kerja dan penyedia kerja. Ini friksi yang menciptakan pengangguran di pasar tenaga kerja,” papar Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, kemarin.
Edy menuturkan, berdasarkan data terakhir,jumlah pengangguran yang bergelar sarjana mencapai 7,8 persen dari total angkatan kerja. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan pengangguran secara nasional yaitu 6,8 persen. Sehingga melalui adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat menjembatani para pencari kerja. “Meskipun begitu, untuk pasar tenaga kerja ini bukan pasar yang sempurna,” ucapnya.
Dicontohkan, UII tiap tahun membutuhkan 30 calon dosen baru dan yang mendaftar lebih dari 200 orang.Kendati begitu, dari jumlah tersebut tidak semua posisi terisi semua karena hanya 10 orang atau 33 persen yang memenuhi syarat.Ini membuktikan pasar kerja itu kurang permintaan, terutama tidak terpenuhinya kualifikasi untuk posisi tersebut.
Sementara upaya UII mempersiapkan lulusannya di dunia kerja,selain membekali dengan soft skill, sesuai dengan jurusan mahasiswa juga mempunyai program masa tunggu kerja kurang dari enam bulan. Harapannya, usaha ini dapat mendukung para lulusan mendapatkan kerja.“Kami menargetkan 90 persen lulusan UII selama masa tunggu enam bulan sudah mendapatkan kerja,”ujar Edy.
“Kami harapkan acara ini bisa menjadi wadah bagi perusahaan mendapatkan sumber daya manusia yang potensial. Dan tentunya menjadi sarana bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang diminati,” kata Kepala Divisi Penelusuran dan Pemberdayaan Alumni UII Bambang Sulistiono.
Selain itu, persoalan terbatasnya informasi dan kualifikasi yang kurang memenuhi kompetensi juga menjadi pemicu utama mengapa penyerapan angkatan kerja, terutama jebolan dari perguruan tinggi sampai sekarang masih rendah.
“Pengangguran akademik ini bukan semata-mata akibat jumlah lapangan pekerjaan yang kurang, tapi juga tidak lancarnya pertemuan antara pencari kerja dan penyedia kerja. Ini friksi yang menciptakan pengangguran di pasar tenaga kerja,” papar Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, kemarin.
Edy menuturkan, berdasarkan data terakhir,jumlah pengangguran yang bergelar sarjana mencapai 7,8 persen dari total angkatan kerja. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan pengangguran secara nasional yaitu 6,8 persen. Sehingga melalui adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat menjembatani para pencari kerja. “Meskipun begitu, untuk pasar tenaga kerja ini bukan pasar yang sempurna,” ucapnya.
Dicontohkan, UII tiap tahun membutuhkan 30 calon dosen baru dan yang mendaftar lebih dari 200 orang.Kendati begitu, dari jumlah tersebut tidak semua posisi terisi semua karena hanya 10 orang atau 33 persen yang memenuhi syarat.Ini membuktikan pasar kerja itu kurang permintaan, terutama tidak terpenuhinya kualifikasi untuk posisi tersebut.
Sementara upaya UII mempersiapkan lulusannya di dunia kerja,selain membekali dengan soft skill, sesuai dengan jurusan mahasiswa juga mempunyai program masa tunggu kerja kurang dari enam bulan. Harapannya, usaha ini dapat mendukung para lulusan mendapatkan kerja.“Kami menargetkan 90 persen lulusan UII selama masa tunggu enam bulan sudah mendapatkan kerja,”ujar Edy.
“Kami harapkan acara ini bisa menjadi wadah bagi perusahaan mendapatkan sumber daya manusia yang potensial. Dan tentunya menjadi sarana bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang diminati,” kata Kepala Divisi Penelusuran dan Pemberdayaan Alumni UII Bambang Sulistiono.
()