Awal tahun, okupasi hotel Novotel lampaui target
A
A
A
Sindonews.com – Tingkat hunian kamar (okupansi) di Hotel Novotel Semarang pada awal 2012 melebihi target. Biasanya okupansi hotel pada awal tahun mengalami penurunan cukup signifikan.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. “Seperti biasa, di awal tahun tren pasarnya turun seiring masa penyusunan anggaran dari sejumlah instansi maupun perusahaan yang diprediksi terjadi hingga Maret,” ujar PR Manager Hotel Novotel Semarang Marlya kemarin.
Dikatakan, tingkat keterisian rata-rata yang terjadi pada Januari tercatat mencapai 78 persen. Jumlah tersebut cukup tinggi lantaran prediksi okupansi biasanya hanya berkisar 70 persen atau turun 5–10 persen dari kondisi normal di bulan biasanya.
Namun,lanjut Marlya,prediksi itu ternyata meleset. Pada Februari, ungkap dia, okupansi bahkan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 82 persen. Mengingat pada Februari banyak grup yang masuk ke Hotel Novotel untuk melakukan kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition atau pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE), sekaligus menggunakan kamar.
“Dari sejumlah kementerian dan perbankan banyak yang menggunakan hotel kami di Februari lalu. Ini mendongkrak okupansi yang biasanya tren menurun di awal tahun, ”tandasnya. Untuk mendongkrak tingkat okupansi diawal tahun,tutur dia, berbagai strategi telah diupayakan seperti memberikan harga promo kamar. Pada Januari lalu diberikan promo untuk kamar Standart dari Rp670 ribu menjadi Rp450 ribu/malam.
“Dengan okupansi yang kembali melonjak,maka promo harga kamar hanya berlaku di bulan Januari. Sedangkan mulai Februari lalu harga kamar kembali normal,” imbuhnya. Menurut Maryla, kehadiran kompetitor dengan hotel baru di sekeliling Novotel memang sempat menimbulkan kekhawatiran anjloknya tingkat keterisian kamar. “Di Maret ini harapannya okupansi terus meningkat. Apalagi, sejumlah instansi sudah mulai reservasi untuk kegiatan MICE,”ungkapnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan mengatakan, okupansi hotel pada awal tahun rata-rata mengalami penurunan. Itu sudah menjadi tren pasar di usaha perhotelan.Untuk hotel yang okupansinya relatif tinggi, ujar dia, itu lantaran didukung kegiatan MICE.“Kegiatan itu sangat mendukung tingkat okupansi,”tandasnya.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. “Seperti biasa, di awal tahun tren pasarnya turun seiring masa penyusunan anggaran dari sejumlah instansi maupun perusahaan yang diprediksi terjadi hingga Maret,” ujar PR Manager Hotel Novotel Semarang Marlya kemarin.
Dikatakan, tingkat keterisian rata-rata yang terjadi pada Januari tercatat mencapai 78 persen. Jumlah tersebut cukup tinggi lantaran prediksi okupansi biasanya hanya berkisar 70 persen atau turun 5–10 persen dari kondisi normal di bulan biasanya.
Namun,lanjut Marlya,prediksi itu ternyata meleset. Pada Februari, ungkap dia, okupansi bahkan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 82 persen. Mengingat pada Februari banyak grup yang masuk ke Hotel Novotel untuk melakukan kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition atau pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE), sekaligus menggunakan kamar.
“Dari sejumlah kementerian dan perbankan banyak yang menggunakan hotel kami di Februari lalu. Ini mendongkrak okupansi yang biasanya tren menurun di awal tahun, ”tandasnya. Untuk mendongkrak tingkat okupansi diawal tahun,tutur dia, berbagai strategi telah diupayakan seperti memberikan harga promo kamar. Pada Januari lalu diberikan promo untuk kamar Standart dari Rp670 ribu menjadi Rp450 ribu/malam.
“Dengan okupansi yang kembali melonjak,maka promo harga kamar hanya berlaku di bulan Januari. Sedangkan mulai Februari lalu harga kamar kembali normal,” imbuhnya. Menurut Maryla, kehadiran kompetitor dengan hotel baru di sekeliling Novotel memang sempat menimbulkan kekhawatiran anjloknya tingkat keterisian kamar. “Di Maret ini harapannya okupansi terus meningkat. Apalagi, sejumlah instansi sudah mulai reservasi untuk kegiatan MICE,”ungkapnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan mengatakan, okupansi hotel pada awal tahun rata-rata mengalami penurunan. Itu sudah menjadi tren pasar di usaha perhotelan.Untuk hotel yang okupansinya relatif tinggi, ujar dia, itu lantaran didukung kegiatan MICE.“Kegiatan itu sangat mendukung tingkat okupansi,”tandasnya.
()