Ikan langka, nelayan tuding Statoil penyebabnya

Rabu, 14 Maret 2012 - 16:37 WIB
Ikan langka, nelayan tuding Statoil penyebabnya
Ikan langka, nelayan tuding Statoil penyebabnya
A A A


Sindonews.com - Terkait tudingan nelayan perairan Mamuju terhadap kapal Statoil sebagai penyebab langkanya ikan di perairan Mamuju, Camat Mamuju, Abdul Rahim Mustafa, meminta nelayan untuk tidak menduga-duga. Perlu ada pembuktian, karena itu disarankan agar perwakilan nelayan melihat langsung ke lokasi.

Tawaran itu untuk menengahi pertemuan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mamuju, Rabu (14/3/2012) antara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulbar, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mamuju dan perwakilan Statoil dengan para nelayan yang tidak juga mendapat jalan keluar.

Konsultan Statoil yang mewakili perusahaan ini, Yunoko, mengatakan, keberadaan kapal itu sama sekali tidak mengganggu ekosistem karena sebelumnya sudah dilakukan penelitian. Memang ada himbauan agar kapal nelayan menjauh radius 500 meter dari kapal Statoil. Kipas mesin yang terdapat disisi kanan dan kiri lambung kapal sangat besar dan membahayakan keselamatan nelayan.

Keterangan itu tetap tidak memuaskan nelayan. Beberapa perwakilan mereka mengatakan, pengeboran tersebut menimbulkan getaran kuat, sehingga mengusir ikan. Demikian juga dengan kipas yang daya hisap dan dorongnya sangat kuat.

Bahkan, beberapa di antara mereka mempertanyakan legalitas Amdalnya. Terkait ini, Kepala Bidang Amdal Badan Lingkungan Hidup Sulbar, Amram, menyebutkan bahwa Statoil sudah mengantongi dokumen lingkungan hidup yaitu Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Dokumen itu dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.

Kepala DKP Mamuju Syamsul Suddin, mengakui kelangkaan ikan memang sedang terjadi di Mamuju. Kondisi ini dibuktikannya sendiri di TPI Mamuju.

"Setiap pagi saya selalu ada di TPI, memang ikan sangat jarang. Tapi logikanya bukan karena keberadaan kapal. Tuduhan ini perlu dibuktikan dulu agar jelas duduk permasalahannya. Saya sudah pasti berada di belakang para nelayan. Namun untuk satu hal ini, saya harap jangan asal menuduh," katanya.

Dia juga sesalkan tidak ada keluhan nelayan yang masuk terkait langkanya ikan ini. Mereka baru bicara setelah muncul di media massa. Padahal, katanya, masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan dan bisa diselesaikan secara internal.

Kepala ESDM Sulbar Agussalim Tamdjoe, mengatakan, tidak ada permasalahan administrasi terkait keberadaan Statoil di perairan Mamuju. Sebab mereka melakukan kontrak dengan pemerintah pusat.

"Nanti kalau perusahaan ini berhasil menemukan minyak, baru ada sharing profit dengan Pemprov Sulbar, Pemkab Majene dan Pemkab Mamuju. Statoil memang belum maksimal mengeluarkan dana bantuan seperti nelayan atau masyartakat Mamuju karena memang belum berhasil. Mereka baru mencari. Beda dengan Pearl Oil yang sudah berhasil. Kita bisa mengajukan proposal bantuan, untuk pembangunan TPI ini misalnya," kata Agussalim.

Salah seorang nelayan Nurlina, mengungkapkan, tentang kelangkaan ikan ini sebenarnya mereka sudah mengajukan permintaan bantuan pada DKP Mamuju. Paling tidak, ada bantuan beras untuk menutupi kekurangan. Namun sampai sekarang tidak ada realisasinya. Karena itu, melalui perwakilan mereka mencoba untuk mengadukan ke DPRD Mamuju dan DPRD Sulbar.

Adapun kaitannya dengan Statoil, mereka berasumsi bahwa perusahaan ini melakukan eksplorasi di wilayah Mamuju yang sedang paceklik ikan. Ada dugaan, keberadaannya memperparah keadaan. Apalagi disinyalir ada beberapa rumpon yang terputus.

Pertemuan itu diakhiri dengan kesepakatan seperti yang disarankan Abdul Rahim Mustafa. Dan Rencananya, Statoil akan melanjutkan ekplorasinya di sumur yang lain. Lokasinya tetap di blok Karama. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3416 seconds (0.1#10.140)