Sektor petrokimia jadi incaran investor

Jum'at, 16 Maret 2012 - 09:41 WIB
Sektor petrokimia jadi...
Sektor petrokimia jadi incaran investor
A A A
Sindonews.com – Investasi yang berpotensi masuk ke sektor petrokimia nasional mulai dari hulu sampai hilir bisa mencapai USD26,8 miliar atau sekitar Rp246,5 triliun.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, beberapa dari rencana investasi itu diharapkan bisa segera terealisasi setelah pertengahan tahun ini atau tahun depan.

Adapun, sejumlah rencana investasi tersebut antara lain adalah Honam yang akan membangun kilang (refinery) senilai USD5 miliar; lalu fasilitas cracker nafta oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan Siam Cement Group (SCG) senilai USD1,5 miliar; kilang oleh Aramco senilai USD8 miliar; dan investasi dari Kuwait Petroleum Corporation (KPC) senilai USD8 miliar. ”Urusan KPC di Kemenkeu sudah selesai. Soal permintaan dan negosiasinya dengan Kementerian ESDM akan saya kawal dan bantu.

Aramco kemungkinan bisa memulai upaya realisasi tahun depan. Sementara, Menteri BUMN Dahlan Iskan bilang, persoalan lahan Honam sudah beres. Ini sangat penting. Investasiinvestasi petrokimia akan banyak terealisasi,”ujar Hidayat di Jakarta kemarin.

Sementara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang menyusun rancangan kawasan industri petrokimia berbasis gas di Tangguh,Papua Barat. Hidayat mengatakan, ada lahan potensial yang tersedia di Papua Barat yang luasnya sekitar 400 hektare (ha).

Sementara,suplai gasnya akan diambil dari Proyek LNG Tangguh. Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin Dedi Mulyadi mengatakan, pengelola Proyek Tangguh, BP, sudah menyampaikan minatnya untuk ikut serta dalam proyek investasi di kawasan industri petrokimia tersebut.

Saat ini, kata dia, pihaknya tengah menyusun masterplan pembangunan dan pengembangan kawasan tersebut yang ditargetkan akan selesai Oktober tahun ini. Selain itu,dia juga menyusun business plan, rancangan strategis kawasan amdal, serta studi kelayakan ekonomis dan finansial. ”Untuk penyusunan masterplan itu sendiri menelan anggaran sekitar Rp1 miliar. Soal investor, saat ini yang berminat BP,”kata Dedi.

Kemenperin juga akan memetakan kebutuhan dan biaya pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut.Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, pengembangan kawasan industri petrokimia di Tangguh tinggal menunggu kepastian pasokan gas dari Kementerian ESDM.

”Kami sudah menyurati ESDM. Begitu ada jawaban kepastian soal gas, proyek ini bisa jalan.Proposal investor sudah masuk.Beberapa yang berminat adalah Pusri Holding, investor asal Korea Selatan, Jerman, dan Jepang.Total investasi yang potensial masuk ada sekitar USD4,3 miliar,” kata dia. Menurutnya, pembangunan tahap pertama di kawasan tersebut membutuhkan pasokan gas minimal sebesar 382 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Jumlah itu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dari dua pabrik urea berkapasitas 3.500 ton per hari, dua pabrik amoniak berkapasitas 2.000 ton per hari, dan pabrik metanol yang kapasitasnya masih belum pasti. Dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik metanol adalah sekitar USD800 juta. Kemudian, ditambah dengan pabrik polipropilena dengan kebutuhan investasi sebesar USD500 juta. ”Jadi, total butuh USD1,3 miliar. Kemudian, untuk pabrik amoniak dan urea diperkirakan butuh investasi USD2 miliar.

Sedangkan, untuk membangun utilisasi dan sarana pelabuhan butuh investasi USD1 miliar. Jadi, total bisa mencapai USD4,3 miliar,”paparnya. Dia menjelaskan, setelah pengembangan tahap I selesai, kemudian kawasan petrokimia Tangguh juga dirancang untuk industri yang menghasilkan diesel berbasis gas.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0403 seconds (0.1#10.140)