Jelang kenaikan BBM, petani timbun padi

Rabu, 21 Maret 2012 - 18:55 WIB
Jelang kenaikan BBM, petani timbun padi
Jelang kenaikan BBM, petani timbun padi
A A A
Sindonews.com - Khawatir harga kebutuhan bahan pokok naik saat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), petani di Desa Gilang, Kecamatan Tanggulangin menimbun gabah. Petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Makmur tidak akan menjual gabahnya.

Saat kenaikan harga BBM yang selalu diikuti dengan meroketnya kebutuhan pokok. Petani juga yakin jika harga gabah akan ikut naik. Sehingga ketika panen raya yang akan dilakukan, akan langsung ditimbun.

"Gabah hasil panen akan kita timbun di lumbung Gapoktan," ujar Ketua Gapoktan Maju Makmur Supardi, usai panen raya yang dihadiri Wakil Bupati Sidoarjo MG. Hadi Sutjipto di desa setempat, Rabu (21/3/2012).

Supardi mengaku harga gabah sekarang ini melorot tajam dan tidak sesuai Harga Penetapan Pemerintah (HPP). Sesuai HPP, Gabah Kering Panen (GKP) nilainya Rp315.000/kuintal. Ternyata kini harganya hanya Rp270.000/kuintal.

Sedangkan padi yang ditanam di Desa Gilang ada empat varietas, di antaranya inpari 13, situbagendit, bondoyudo. Benih itu ditanam di lahan seluas 76 ha. Untuk luas lahan hijau di desa tersebut 130 ha. Dari lahan seluas itu susah ditanam tebu 54 ha. "Varietas padi chiherang yang menempati lahan 4 ha untuk acara panen raya kondisinya cukup bagus," ujar Supardi.

Setiap hektar padi yang ditanam bisa menghasilkan 11 ton. Atau bisa dikatakan melonjak hampir seratus persen, padahal biasanya cuma mendapatkan 6-7 ton/ha.

Melonjaknya hasil panen, tidak lepas dari pembibitan, perawatan dan sistem penanaman yang dipakai. Untuk menanam keempat varietas padi, menggunakan sistem 20x40 cm yang membujur sepanjang 10 cm. Yaitu, jarak tanam padi sangat mempengaruhi hasil panen karena saat besar bisa leluasa untuk berbuah.

Besarnya hasil panen juga tidak lepas dari upaya petani yang memberantas hama padi. Selama ini di Desa Gilang juga mempunyai Densus 15 Antitikus juga sangat berperan dalam membasmi tikus yang menggerogoti tanaman padi.
Densus 15 setiap malam selalu beroperasi dengan senapan angin bisa menghasilkan 24 sampai 60 tikus.

Sedangkan MG Hadi Sutjipto yang ikut memanen raya di Desa Gilang mengaku kagum dengan hasil yang dicapai petani. Sebab, selain padi yang diproduksi menggunakan pupuk organik yang membuat harga jual berasnya cukup mahal juga tidak dijamah oleh penyakit.

"Kalau panen seperti ini, Sidoarjo bisa menjadi lumbung padi. Sehingga seluruh kebutuhan beras di Sidoarjo bisa disuplai sendiri tanpa mengandalkan dari daerah lain," ujar MG Hadi Sutjipto.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (DPPP) Ir Handajani mengaku hasil panen yang dicapai sangat luar biasa. "Untuk 1 hektar bisa menghasilkan 11 ton," ujarnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7679 seconds (0.1#10.140)