Pengusaha batik tulis lesu

Sabtu, 24 Maret 2012 - 11:42 WIB
Pengusaha batik tulis lesu
Pengusaha batik tulis lesu
A A A
Sindonews.com - Pengusaha batik tulis di Kota Tegal lesu lantaran sejumlah harga bahan baku batik mulai melejit naik pascarencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pasalnya, kondisi itu mengakibatkan ongkos produksi bertambah, sedangkan di sisi lain harga batik sulit untuk ikut dinaikkan.

Salah satu perajin batik tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Tukeni, 38, mengatakan, usahannya mulai mengalami kelesuan, sejak sepekan terakhir. Ini menusul harga bahan baku yang mulai melonjak sejak adanya rencana kenaikan harga BBM. “Perajin batik seperti kami kasihan, karena harga bahan baku naik semua,” kata Tukeni kemarin.

Kenaikan bahan baku itu meliputi kain mori ukuran 2x20 meter per lembarnya mencapai Rp36.000. Semula harga kain hanya Rp33.000 per lembar. Lainnya, adalah bahan baku malam yang semula Rp28.000 per kg, sekarang menjadi Rp30.000 per kg, pewarna kain yang sebelumnya harganya Rp10.000 per kg, kini naik menjadi Rp13.000 per kg.

Kenaikan ini membuat perajin atau pengusaha batik tulis mulai kewalahan karena harus menyesuaiakan keadaan. Perajin lainnya, Daspirah, 31, mengatakan hal yang sama.

Beruntung, pengusaha atau pihak yang mempekerjakan mereka bersedia menaikkan upah mereka yang semula Rp35.000 per lembar kain batik menjadi Rp 40.000 per lembar kain batik. “Setiap kain juga membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya,” jelas Daspirah. Untuk pengerjaan kain batik tulis yang rumit akan memakan waktu hingga satu bulan, sedangkan yang tidak rumit mencapai satu minggu.

Salah satu pengusaha batik tulis Tegal, Muniroh, 38, mengaku mulai limbung dengan adanya kenaikan harga bahan baku batik tulis ini. “Tapi kami tetap harus produksi meskipun harga bahan baku naik. Tidak tahu sampai kapan bertahan,” katanya.

Padahal harga jual batik tulis tidak naik karena pelanggan menolak jika harga kain batik naik. “Inginnya naik harganya. Tapi pembeli tidak mau. Meski secara proses produksi, perajin meminta dinaikkan upahnya,” ungkapnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6139 seconds (0.1#10.140)