Kredit UMKM naik 18%
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) mencatat, pada 2012 pertumbuhan penyaluran kredit UMKM dalam rencana bisnis bank (RBB) sebesar 18 persen, atau menjadi Rp151 triliun dari 2011 Rp128,2 triliun.
Direktur Direktorat Kredit BPR dan UMKM BI Zainal Abidin mengatakan, meski meningkat, tapi tahun 2011 realisasi kredit UMKM hanya mencapai 66,8 persen dari rencana bisnis yang diserahkan ke BI.
Tapi, realisasi 66,8 persen itu bukan berarti perbankan tidak mampu menyalurkan kredit. Ini dikarenakan adanya masalah dalam kesalahan penyusunan data, yang seharusnya mengacu kepada Undang-Undang UMKM No 20 Tahun 2008.
Menurut Zainal, tahun 2011 merupakan masa transisi, di mana sebelumnya dalam pencatatan kredit masih menggunakan dua angka, yaitu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan kredit mikro kecil menengah (KMKM) yang dikategorikan berdasarkan plafon.
“Di 2011 masih tercampur datanya, yang terbaru kredit UMKM itu harus benar-benar produktif, sementara yang lama tercampur dengan kredit konsumsi. Nantinya harus sesuai dengan UU No 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah. Kriterianya harus sesuai,” kata dia dalam dialog bersama media di Jakarta, Selasa 27 Maret 2012.
Apabila dipisahkan, kredit UMKM produktif yang hanya berisikan informasi pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi per Desember 2011 mencapai Rp128,2 triliun. Sementara, kredit KMK yang berdasarkan plafon sebesar Rp320,2 triliun.
Nominal ini lebih besar dikarenakan sebagian besar kreditnya atau sekitar 50 persen disalurkan untuk konsumsi. pada tahun 2011 penyaluran kredit untuk UMKM terbesar masih di sektor perdagangan dan jasa, diikuti industri dan pertanian. Adapun, untuk MKM dikontribusikan sektor perdagangan, restoran, dan jasa.
Untuk proyeksi di 2012, penyaluran kredit terbesar masih di perdagangan dan eceran, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, jasa, kemasyarakatan, sosial dan hiburan, real estat serta industri pengolahan.
Terkait suku bunga kredit, Kepala Biro Pengembangan BPR dan UMKM Santoso Wibowo menilai, saat ini rata-rata suku bunga, misalnya saja untuk skema kredit mikro, sama dengan kredit usaha rakyat (KUR) yang dipatok di kisaran 23–24 persen, sementara suku bunga kredit ritel di 13–14 persen.
Menurut Santoso, perbankan menilai tingkat suku bunga tersebut sudah paling minimal, mengingat tingginya overhead cost, termasuk cadangan premi risiko. Apalagi kalau perbankan tersebut melakukan linkage program melalui lembaga keuangan seperti BPR ataupun koperasi.
Dari sisi perbankan, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tahun ini menargetkan outstandingpenyaluran kredit segmen business banking atau kredit untuk usaha kecil menengah (UKM) sebesar Rp40 triliun tahun ini, meningkat dibandingkan realisasi di 2011 sebesar Rp30,2 triliun.
Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso mengatakan, ke depan penyaluran kredit ini, akan lebih banyak kepada sektor tradable atau nonperdagangan seperti pertanian, terutama di industri hulu.
Sunarso mengatakan, saat ini porsi penyaluran kredit ke sektor perdagangan (tradable) dan nontradable masih berimbang yaitu 50:50, namun ke depan porsinya akan diubah dengan memperbesar porsi nontradable menjadi 60 persen. Hingga 2011, kredit business banking disalurkan kepada lebih dari 40.000 pelaku UKM di Indonesia. (bro)
()