Penggunaan serat & benang naik 5%

Selasa, 03 April 2012 - 09:40 WIB
Penggunaan serat & benang naik 5%
Penggunaan serat & benang naik 5%
A A A
Sindonews.com - Konsumsi serat polyester staple fiber (PSF) akan mengalami kenaikan sekitar 3–5 persen pada tahun ini. Total konsumsi serat PSF pada tahun lalu tercatat sekitar 600.000 ton.

”Selama tiga bulan pertama tahun ini menunjukkan tren peningkatan untuk konsumsi serat dan benang,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Syntetic Fiber Indonesia (APSyFI) Redma Gitawirawasta di Jakarta kemarin.

Sementara, harga serat PSF pada tahun ini diperkirakan berkisar USD1,9–2,2 per kilogram (kg). Tingkat harga tersebut mengalami stagnasi dibanding tahun lalu yang juga berkisar di angka USD1,9–2,2 per kg.

Selain serat PSF, menurutnya, tingkat konsumsi benang filamen pada tahun ini juga akan mengalami kenaikan sekitar 2,5–3 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 700.000 ton. Untuk harga benang filamen, tahun ini akan mencapai sekitar USD2,5–2,8 per kg.

Menurutnya, harga serat dan benang dipengaruhi oleh dua hal, yakni harga kapas dunia dan harga minyak bumi. Dia menuturkan, selama satu tahun biasanya harga serat dan benang akan mengalami penurunan di bulan Desember hingga Februari, lalu naik lagi setelah Maret atau April. ”Siklus tahunan biasanya seperti itu,” ucapnya.

Terpisah, Direktur Industri Tekstil dan Aneka Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ramon Bangun mengatakan, saat ini produsen serat dan benang di dalam negeri lebih memilih untuk mengekspor karena mendapatkan fasilitas pembebasan pajak.

”Secara bisnis memang menguntungkan, tapi sebenarnya itu tidak efisien. Katun, benang, serat, kain, semua kita bisa produksi sendiri, tapi kita impor juga. Itu kan lucu. Semua lebih memilih untuk diekspor padahal di dalam negeri juga membutuhkan,” kata Ramon.

Terlepas dari itu, Redma mengatakan, investasi di bidang ini masih terus bertambah. Dia mengatakan, PT Mutu Gading akan melakukan investasi berupa pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat yang nilainya hampir Rp1 triliun. Nantinya, kata dia, pabrik itu akan memproduksi sejumlah bahan baku tekstil dan produk tekstil seperti serat, nilon, dan benang.

”Mutu Gading akan mulai memproduksi chip yang akan dilelehkan menjadi benang dan serat fiber. Dulu, mereka biasanya membeli, tapi nanti mereka akan produksi sendiri,” paparnya.

Dia menambahkan, pembangunan pabrik tersebut dijadwalkan akan selesai pada pertengahan tahun ini. Namun, Redma masih belum tahu berapa besar kapasitas produksi dari pabrik tersebut.

”Saya belum tahu berapa. Yang pasti akan menambah produksi dalam negeri yang saat ini masih 1,2 juta ton untuk benang dan serat.Tahun 2014 kita targetkan akan naik menjadi 2 juta ton. Demand kita naik terus. Kita kejar di suplai, investasi melihat potensi itu,” tandasnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6382 seconds (0.1#10.140)