Pembudidaya sutera diminta jadi gerakan ekonomi massal

Rabu, 04 April 2012 - 19:11 WIB
Pembudidaya sutera diminta jadi gerakan ekonomi massal
Pembudidaya sutera diminta jadi gerakan ekonomi massal
A A A
Sindonews.com - DPRD Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) meminta pemerintah Kabupaten untuk mendorong masyarakat di bidang persuteraan untuk menghasilkan kualitas sutera terbaik. Selain itu sutera juga diharapkan jadi gerakan ekonomi massal di daerah ini.

"Pemerintah harus memfasilitasi masyarakat agar dapat menghasilkan sutera berkualitas tinggi, mulai dari pembibitan sampai penenunan kain sutera," kata Anggota Komisi II Bidang Ekonomi pembangunan DPRD Wajo A. Herman, Rabu (4/4/2012).

Dia mengatakan, penenunan sutera sudah menjadi budaya bagi kaum perempuan di Wajo, dan peran pemerintah untuk mendorong agar budaya penenunan dapat berlanjut, dari budaya tersebut bisa menghasilkan uang yang ujungnya bisa menjadi salah satu
penggerak ekonomi Wajo.

"Selain itu pemerintah juga seharusnya membuat semacam peraturan daerah (perda) persuteraan, perda ini terkait dengan perlindungan petani, pengrajin dan pengusaha sutera di Wajo," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas PKT Wajo Darwin A. Tjukke mengatakan upaya pengembangan sutera hulu, yang sudah diintensifkan masyarakat yang pernah menanam murbey kembali dirangsang untuk melanjutkan usahanya begitu pula dengan pengembangan ulat sutera. Selain itu pemerintah intens menyalurkan telur bersubsidi kepada petani ulat.

Tahun ini ada penambahan lokasi penanaman murbey sekitar 25 hektar di Kecamatan Sabbangparu dan Macanang Kecamatan Majauleng. Sehingga total lahan penanaman murbey kedepan bisa mencapai 55 hektar.

Lahan ini digunakan oleh masyarakat untuk menanam murbey secara cuma-cuma Darwin merinci satu hektar tanaman murbey memenuhi kebutuhan sampai 5 boks ulat. Untuk kebutuhan benang di Wajo sebanyak 200 ton pertahun sementara kebutuhan untuk seluruh Indonesia 300 ton. "Sementara untuk 1 boks ulat hanya bisa menghasilkan 40 kg kokom, setiap 10 kokom menghasilkan 1,6 kg benang," katanya.

Darwin mengatakan sutera Wajo saat ini mulai bangkit, Dia menceritakan dulunya Wajo hanya mengandalkan kain sutera, sementara bahan baku harus didatangkan dari daerah lain seperti Soppeng dan Enrekang bahkan sampai Cina dan India.

"Karena terkendala bahan baku maka kami mencoba meninggalkan ketergantungan bahan baku dari daerah lain, dengan mencoba memproduksi bahan baku sendiri," katanya.

Meski produksi bahan baku (Usaha hilir) belum begitu banyak membantu karena hasilnya masih kurang dan tetap memakai bahan dari luar daerah, pihaknya mengaku optimis kedepan sutera Wajo akan lebih baik lagi, seiring dengan perkembangan bahan baku di daerah ini. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1160 seconds (0.1#10.140)