Sri Sultan: Bandara baru tak boleh gagal
A
A
A
Sindonews.com – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyatakan pembangunan bandara internasional baru di wilayahnya tidak boleh gagal karena ulah spekulan dan harga tanah yang mahal. Warga diminta menunggu hasil identifikasi lokasi selesai.
Menurut Sultan, sampai saat ini belum ada lokasi pasti di mana bandara internasional baru akan dibangun.Hasil feasibility study(FS) masih menyebutkan dua lokasi alternatif, yakni di Kulonprogo dan Bantul. Hasil FS Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM diakui Sultan memang menempatkan Kecamatan Temon, Kulonprogo adalah lokasi yang paling baik. Namun, FS itu perlu kajian dan relevansi lebih lanjut, termasuk identifikasi yang akan dilakukan oleh PT Angkasa Pura selaku investor.
“Kalau hasilnya tidak feasible kanbisa pindah,”kata Sultan seusai bertemu empat mata dengan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo di Gedung Wilis, Kompleks Kepatihan, kemarin. Sultan memastikan studi penentuan lokasi ini belum final. Semuanya masih akan dibahas dengan mempertimbangkan berbagai alasan, termasuk keunggulan dan kendala di masing-masing lokasi. Salah satu pertimbangan jadi tidaknya dibangun bandara adalah harga tanah. Hal itu bisa dilihat dari kasus Bandara Ngurah Rai di Pulau Bali.
Hanya karena harga tanah di sekitar mahal, investor enggan memperluas bandara internasional yang ada. Belakangan mereka justru akan memindah bandara internasional di Singaraja.“ Saya tidak mau bandara ini gagal seperti di Bali,” ucap Sultan.
Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo menambahkan, lokasi bandara internasional baru di Kulonprogo masih wacana. Lokasi ini belum pasti dan akan menunggu keputusan dari gubernur.“ Nanti gubernur yang akan menentukan,”ujarnya.
Hasto mengakui hasil FS Pustral UGM menyebutkan, Kulonprogo memiliki nilai lebih untuk lokasi bandara baru. Namun, yang akan membangun air port nanti adalah investor sehingga pertimbangan dari Angkasa Pura akan sangat menentukan lokasi terakhir. Adanya wacana lokasi bandara baru di Kulonprogo sedikit banyak telah menimbulkan gejolak di masyarakat.
Untuk itu, Pemkab Kulonprogo hari ini berencana menggelar sosialisasi dengan warga di empat desa yang akan menjadi lokasi bandara, yakni dari Desa Glagah, Jangkaran, Sindutan, dan Paliyan. “Sosialisasi ini bukan untuk bandara, tetapi untuk menenangkan warga,” ucapnya. Hasto berharap warga tidak tergiur ulah spekulan karena saat ini sudah mulai ada spekulan yang mulai bermain.
Menurut Sultan, sampai saat ini belum ada lokasi pasti di mana bandara internasional baru akan dibangun.Hasil feasibility study(FS) masih menyebutkan dua lokasi alternatif, yakni di Kulonprogo dan Bantul. Hasil FS Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM diakui Sultan memang menempatkan Kecamatan Temon, Kulonprogo adalah lokasi yang paling baik. Namun, FS itu perlu kajian dan relevansi lebih lanjut, termasuk identifikasi yang akan dilakukan oleh PT Angkasa Pura selaku investor.
“Kalau hasilnya tidak feasible kanbisa pindah,”kata Sultan seusai bertemu empat mata dengan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo di Gedung Wilis, Kompleks Kepatihan, kemarin. Sultan memastikan studi penentuan lokasi ini belum final. Semuanya masih akan dibahas dengan mempertimbangkan berbagai alasan, termasuk keunggulan dan kendala di masing-masing lokasi. Salah satu pertimbangan jadi tidaknya dibangun bandara adalah harga tanah. Hal itu bisa dilihat dari kasus Bandara Ngurah Rai di Pulau Bali.
Hanya karena harga tanah di sekitar mahal, investor enggan memperluas bandara internasional yang ada. Belakangan mereka justru akan memindah bandara internasional di Singaraja.“ Saya tidak mau bandara ini gagal seperti di Bali,” ucap Sultan.
Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo menambahkan, lokasi bandara internasional baru di Kulonprogo masih wacana. Lokasi ini belum pasti dan akan menunggu keputusan dari gubernur.“ Nanti gubernur yang akan menentukan,”ujarnya.
Hasto mengakui hasil FS Pustral UGM menyebutkan, Kulonprogo memiliki nilai lebih untuk lokasi bandara baru. Namun, yang akan membangun air port nanti adalah investor sehingga pertimbangan dari Angkasa Pura akan sangat menentukan lokasi terakhir. Adanya wacana lokasi bandara baru di Kulonprogo sedikit banyak telah menimbulkan gejolak di masyarakat.
Untuk itu, Pemkab Kulonprogo hari ini berencana menggelar sosialisasi dengan warga di empat desa yang akan menjadi lokasi bandara, yakni dari Desa Glagah, Jangkaran, Sindutan, dan Paliyan. “Sosialisasi ini bukan untuk bandara, tetapi untuk menenangkan warga,” ucapnya. Hasto berharap warga tidak tergiur ulah spekulan karena saat ini sudah mulai ada spekulan yang mulai bermain.
()