Transmigrasi sokong ketahanan pangan

Kamis, 19 April 2012 - 10:24 WIB
Transmigrasi sokong ketahanan pangan
Transmigrasi sokong ketahanan pangan
A A A
Sindonews.com – Program transmigrasi terbukti mampu mendukung program ketahanan pangan nasional yang cukup signifikan. Hingga 2011, sudah ada lebih dari 4,5 juta hektare lahan pertanian baru hasil transmigrasi di 2.746 unit permukiman transmigran. Dari luasan itu, 37 persen atau seluas 1.678.702,5 hektare di antaranya telah menjadi sentra produksi pangan.

“Sumbangsih produksi padi sebanyak kurang lebih 8,4 juta ton gabah kering giling per tahun,” kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar saat menghadiri forum komunikasi transmigrasi di Hotel Clarion Makassar, kemarin.

Forum tersebut diikuti pihak- pihak yang berkaitan dengan program bidang Pembinaan, Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT), termasuk Dirjen P2MKT Roosari Tyas Wardani. Mereka berasal dari wilayah Sulawesi dan Indonesia bagian timur. Muhaimin melanjutkan, pihaknya mengapresiasi para petani transmigran yang telah membuktikan ketangguhannya.

Para petani ini juga diberikan stimulan bantuan modal kelembagaan ekonomi, seperti melalui gabungan kelompok tani. Untuk mendukung target nasional surplus beras 10 juta ton pada 2014, kata dia, kawasan transmigrasi ditingkatkan produktivitas pertaniannya melalui intensifikasi pertanian.

Beberapa kawasan transmigrasi baru juga didukung sebagai lokasi pengembangan tanaman padi melalui program food estate, antara lain di Tanjung Buka, Kalimantan Timur dari semula 30 ribu hektare menjadi 70 ribu hektare. “Dipersiapkan juga lokasi lainnya seperti kawasan transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat,” ujarnya. Selain memberikan sumbangsih nyata bagi pertanian, transmigrasi juga mendukung pengembangan komoditas perkebunan. Pengembangan ini banyak yang telah dikerjasamakan dengan dunia usaha.

Hingga 2011 tercatat 47 perusahaan yang bermitra dengan para transmigran yang tersebar di 10 provinsi dengan luas lahan yang dibudidayakan sekitar 437.617 hektare. Kerja sama ini menyerap dana investasi sebesar Rp11,8 triliun, dengan komoditas seperti kelapa sawit, karet, dan susil. Di kawasan transmigrasi, lanjut dia, juga telah di kembangkan usaha ternak. Populasi ternak sapi di kawasan transmigrasi sampai saat ini mencapai sekitar 2,1 juta ekor.

“Tiap tahun Kemenakertrans selalu memfasilitasi pembentukan kelompok usaha ternak baru dengan bantuan berupa bibit sapi, ramuan kandang, bibit hijauan pakan ternak, obat,dan vaksin,”sebutnya.

Muhaimin menuturkan, program peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi bagian integral dari proses pembinaan warga transmigrasi, termasuk program- program pelatihan dan pendampingan masyarakat. Muhaimin mengatakan, jika selama ini komoditi utama kepala sawit,karet dan makanan pokok lainnya,mulai tahun ini Kemenakertrans mengembangkan tanaman sisal (sisal agave sp) yang belum berkembang di Indonesia. Sebagai tahap awal, pengembangan sisal ini dilakukan di Sekongkang,Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tepatnya, di unit pemukiman Tongo I dan II dengan luas lahan 5.000 hektare (ha) dan melibatkan 1.000 kepala keluarga. Tanaman sisal ini akan dikembangkan ke seluruh kawasan transmigrasi di Indonesia, termasuk di Sulsel. Serat sisal ini akan dijadikan tali kapal laut, karpet, sejadah, topi, sandal, dan bahan tekstil pengganti kapas. Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang siap menjadikan delapan kabupaten lokasi transmigrasi di Sulsel sebagai penggerak perekonomian.

Menurut dia, saat ini ada sekitar 25 ribu kepala keluarga transmigran yang menjadi binaan. Untuk pengembangan sisal, Agus mengungkapkan, perlu pembukaan lahan baru di wilayahLuwu. Daerah tersebut masih sangat luas dengan struktur tanah subur.“Apalagi tanaman sisal bisa tumbuh di berbagai jenis tanah,”kata Agus.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2868 seconds (0.1#10.140)