Industri cor besi Jateng setop produksi
A
A
A
Sindonews.com – Melonjaknya harga besi belakangan ini mengganggu kelangsungan proyek infrastruktur. Berdasarkan pantauan harga besi di pasaran, sejak dua pekan terakhir dari Rp6.500–7.000/kilogram (kg) naik menjadi Rp9.000–9.500.
Tertahannya 60 kontainer berisi besi bekas yang disinyalir mengandung senyawa limbah B3 (bahan berbahaya beracun) membuat harga besi melonjak tinggi. Sebab, besi jadi langka di pasaran. Ini menyebabkan pergerakan konstruksi bangunan dan industri pengecoran besi ikut terhambat.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Jateng Ihwan Sudrajat mengatakan, data per 13 April tercatat kasus tertahannya 60 kontainer besi bekas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang telah membuat langkanya bahan baku. Dampaknya, harga besi melonjak di pasaran.
Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Jateng Djoko Oxyrahadi menyampaikan, naiknya harga besi sebagai material konstruksi akan memberatkan pembangunan infrastruktur. Sebab, ketidaktersediaan barang akan menghambat pengerjaan konstruksi.
Tertahannya 60 kontainer berisi besi bekas yang disinyalir mengandung senyawa limbah B3 (bahan berbahaya beracun) membuat harga besi melonjak tinggi. Sebab, besi jadi langka di pasaran. Ini menyebabkan pergerakan konstruksi bangunan dan industri pengecoran besi ikut terhambat.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Jateng Ihwan Sudrajat mengatakan, data per 13 April tercatat kasus tertahannya 60 kontainer besi bekas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang telah membuat langkanya bahan baku. Dampaknya, harga besi melonjak di pasaran.
Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Jateng Djoko Oxyrahadi menyampaikan, naiknya harga besi sebagai material konstruksi akan memberatkan pembangunan infrastruktur. Sebab, ketidaktersediaan barang akan menghambat pengerjaan konstruksi.
()