Global value chains, oleh-oleh Mendag dari G20
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan telah melakukan pembahasan dua topik dalam pertemuan G20 di Puerto Vallarta, Meksiko.
Pembahasan pertama terkait dengan pemahaman global value chains menuju narasi baru perdagangan, termasuk pertumbuhan dan lapangan kerja.
"Para menteri sepakat bahwa global value chains merupakan sebuah fenomena yang perlu dicermati, dimana setiap negara memainkan perannya masing-masing sebagai penyedia bahan baku, produk antara dan produk akhir," ujar Gita dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Selasa (23/4/2012).
Dalam mata rantai ini, sektor jasa dan pembiayaan dan fasilitasi perdagangan memainkan peran kunci sebagai pelumas bagi kelancaran global value chains.
Pembahasan kedua adalah pencapaian konsensus, masih terkait dengan global value chains, namun juga disertai dengan langkah-langkah pendukungnya. Termasuk dalam melaksanakan arahan para pemimpin G20 "to keeps markets open, to keep opening markets".
Sejumlah negara menekankan pentingnya G20 memperkuat mekanisme peer review sebagai upaya konkret memonitor kepatuhan negara anggota untuk menerapkan prinsip standsil dan rollback. "Sebagaian negara termasuK Indonesia menolak bila forum G20 ini mengembangkan mekanisme kepatuhan tersendiri," ungkapnya.
Pertemuan yang dilaksanakan 20 April 2012 dihadiri wakil dari seluruh anggota G20 ini juga diikuti oleh lima negara yang diundang oleh tuan rumah sebagai pengamat. Di antaranya, Kamboja, Chile, Peru, Selandia Baru dan Singapura. Selanjutnya, turut hadir Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO) Pascal Lamy dan Sekretaris Jenderal Organization for Economic Cooperqation and Development (OECD) Anggel Guria.
Pembahasan pertama terkait dengan pemahaman global value chains menuju narasi baru perdagangan, termasuk pertumbuhan dan lapangan kerja.
"Para menteri sepakat bahwa global value chains merupakan sebuah fenomena yang perlu dicermati, dimana setiap negara memainkan perannya masing-masing sebagai penyedia bahan baku, produk antara dan produk akhir," ujar Gita dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Selasa (23/4/2012).
Dalam mata rantai ini, sektor jasa dan pembiayaan dan fasilitasi perdagangan memainkan peran kunci sebagai pelumas bagi kelancaran global value chains.
Pembahasan kedua adalah pencapaian konsensus, masih terkait dengan global value chains, namun juga disertai dengan langkah-langkah pendukungnya. Termasuk dalam melaksanakan arahan para pemimpin G20 "to keeps markets open, to keep opening markets".
Sejumlah negara menekankan pentingnya G20 memperkuat mekanisme peer review sebagai upaya konkret memonitor kepatuhan negara anggota untuk menerapkan prinsip standsil dan rollback. "Sebagaian negara termasuK Indonesia menolak bila forum G20 ini mengembangkan mekanisme kepatuhan tersendiri," ungkapnya.
Pertemuan yang dilaksanakan 20 April 2012 dihadiri wakil dari seluruh anggota G20 ini juga diikuti oleh lima negara yang diundang oleh tuan rumah sebagai pengamat. Di antaranya, Kamboja, Chile, Peru, Selandia Baru dan Singapura. Selanjutnya, turut hadir Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO) Pascal Lamy dan Sekretaris Jenderal Organization for Economic Cooperqation and Development (OECD) Anggel Guria.
()