Pemerintah waspadai lonjakan impor BBM
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah mewaspadai lonjakan nilai impor bahan bakar minyak (BBM) khususnya BBM nonsubsidi pertamax, terkait rencana kebijakan pembatasan tahun ini.
Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo mengungkapkan, volume dan nilai impor BBM cukup mengkhawatirkan. Nilai impor BBM diperkirakan meningkat tajam jika pembatasan diberlakukan karena harga pertamax yang jauh di atas premium. Hal itu tak terhindarkan karena pembatasan bakal mengalihkan pengguna mobil berkapasitas mesin tertentu yang sebelumnya mengonsumsi premium ke pertamax.
“Secara khusus, impor BBM adalah salah satu komponen yang cukup tinggi. Kita perlu hati-hati dan mewaspadai impor BBM kita yang besar ini,” tutur Menkeu di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak Januari 2011 neraca perdagangan Indonesia pada hasil minyak selalu menunjukkan defisit yang sangat besar tiap bulannya. Artinya, ada ketimpangan antara kemampuan ekspor hasil minyak dengan impor. Pada Januari hingga Februari 2012 ekspor hasil minyak Indonesia hanya USD666,6 juta sedangkan impornya melebihi USD4,388 miliar.
Defisit pada periode Januari–Februari 2012 jauh lebih tinggi dari pada periode yang sama tahun 2011 yang hanya sebesar USD2,655 miliar. BPS juga mencatat, impor hasil minyak pada Februari 2012 mengalami kenaikan 21,22 persen bila dibandingkan Januari 2012.
Bila pada Januari impor hasil minyak hanya sebesar USD1,983 miliar, maka Februari nilai impor menembus angka USD2,404 miliar. Implikasi dari tingginya impor hasil minyak inilah yang dikhawatirkan pemerintah. Agus menegaskan, pemerintah telah menyadari hal tersebut dan tengah mencari solusinya. “Upaya untuk bisa mengendalikan impor (BBM) ini menjadi perhatian kita semua,” tegas dia.
Terpisah, Vice President Communication Corporate PT Pertamina (Persero) Mochammad Harun mengatakan, konsumsi pertamax dan pertamax plus diperkirakan meningkat dari 2,4 juta kiloliter (kl), menjadi 3,8 juta kl tahun ini. Hal itu merupakan konsekuensi langkah pemerintah melakukan pembatasan berdasarkan kapasitas mesin mobil yang akan dimulai Juli 2012. Terkait dengan itu, Harun menegaskan, Pertamina siap menambah BBM jenis pertamax dan pertamax plus.
Namun, BUMN migas itu kini belum dapat memastikan berapa tambahan pasokan BBM nonsubsidi yang akan atau harus disiapkan karena belum ada pengumuman resmi dari pemerintah terkait pembatasan. “Kami siap menambah pasokan berapa pun yang dibutuhkan. Kalau memang diperlukan, kami bisa mengimpor BBM,”ujarnya.
Saat ini total penjualan pertamax dan pertamax plus Pertamina sekitar 1,4 juta kl.Semuanya bersumber dari Kilang Balongan. Menurut Harun, Pertamina akan memaksimalkan KilangBalonganuntukmenambah pasokan BBM nonsubsidi. Namun apabila langkah tersebut juga tidak mencukupi, pihaknya terpaksa mengimpor BBM.
“Selama ini Pertamina juga mengimpor produk jenis premium untuk memenuhi kebutuhan BBM bersubsidi, bahkan jumlahnya cukup besar,” katanya. (ank)
Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo mengungkapkan, volume dan nilai impor BBM cukup mengkhawatirkan. Nilai impor BBM diperkirakan meningkat tajam jika pembatasan diberlakukan karena harga pertamax yang jauh di atas premium. Hal itu tak terhindarkan karena pembatasan bakal mengalihkan pengguna mobil berkapasitas mesin tertentu yang sebelumnya mengonsumsi premium ke pertamax.
“Secara khusus, impor BBM adalah salah satu komponen yang cukup tinggi. Kita perlu hati-hati dan mewaspadai impor BBM kita yang besar ini,” tutur Menkeu di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak Januari 2011 neraca perdagangan Indonesia pada hasil minyak selalu menunjukkan defisit yang sangat besar tiap bulannya. Artinya, ada ketimpangan antara kemampuan ekspor hasil minyak dengan impor. Pada Januari hingga Februari 2012 ekspor hasil minyak Indonesia hanya USD666,6 juta sedangkan impornya melebihi USD4,388 miliar.
Defisit pada periode Januari–Februari 2012 jauh lebih tinggi dari pada periode yang sama tahun 2011 yang hanya sebesar USD2,655 miliar. BPS juga mencatat, impor hasil minyak pada Februari 2012 mengalami kenaikan 21,22 persen bila dibandingkan Januari 2012.
Bila pada Januari impor hasil minyak hanya sebesar USD1,983 miliar, maka Februari nilai impor menembus angka USD2,404 miliar. Implikasi dari tingginya impor hasil minyak inilah yang dikhawatirkan pemerintah. Agus menegaskan, pemerintah telah menyadari hal tersebut dan tengah mencari solusinya. “Upaya untuk bisa mengendalikan impor (BBM) ini menjadi perhatian kita semua,” tegas dia.
Terpisah, Vice President Communication Corporate PT Pertamina (Persero) Mochammad Harun mengatakan, konsumsi pertamax dan pertamax plus diperkirakan meningkat dari 2,4 juta kiloliter (kl), menjadi 3,8 juta kl tahun ini. Hal itu merupakan konsekuensi langkah pemerintah melakukan pembatasan berdasarkan kapasitas mesin mobil yang akan dimulai Juli 2012. Terkait dengan itu, Harun menegaskan, Pertamina siap menambah BBM jenis pertamax dan pertamax plus.
Namun, BUMN migas itu kini belum dapat memastikan berapa tambahan pasokan BBM nonsubsidi yang akan atau harus disiapkan karena belum ada pengumuman resmi dari pemerintah terkait pembatasan. “Kami siap menambah pasokan berapa pun yang dibutuhkan. Kalau memang diperlukan, kami bisa mengimpor BBM,”ujarnya.
Saat ini total penjualan pertamax dan pertamax plus Pertamina sekitar 1,4 juta kl.Semuanya bersumber dari Kilang Balongan. Menurut Harun, Pertamina akan memaksimalkan KilangBalonganuntukmenambah pasokan BBM nonsubsidi. Namun apabila langkah tersebut juga tidak mencukupi, pihaknya terpaksa mengimpor BBM.
“Selama ini Pertamina juga mengimpor produk jenis premium untuk memenuhi kebutuhan BBM bersubsidi, bahkan jumlahnya cukup besar,” katanya. (ank)
()