Perusahaan AS andalkan besarnya pasar China

Selasa, 01 Mei 2012 - 09:52 WIB
Perusahaan AS andalkan...
Perusahaan AS andalkan besarnya pasar China
A A A
Sindonews.com - Pesatnya pertumbuhan ekonomi China dalam beberapa tahun terakhir mendorong perusahaan-perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS) melakukan ekspansi di Negeri Panda.

Salah satunya produsen komputer Apple Inc. Di Negeri Panda, Apple memiliki sekitar satu miliar pengguna iPhone. Memang, “demam” gadget itu kini tengah menjangkiti Beijing. Itulah yang membuat Apple makin fokus di pasar China sejak Februari lalu.

“Naiknya perekonomian China mendorong penjualan produk Apple hampir empat kali lipat pada tahun lalu sebesar USD12 miliar,saat ini China membuat keuntungan 12 persen dari total penjualan Apple,”ujar Chief Executive Officer (CEO) Apple Tim Cook seperti dilansir CNN Money beberapa waktu lalu.

Selain Apple,p erusahaan produsen pesawat Boeing yang bermarkas di Chicago, Illinois, AS, juga tengah memfokuskan pada pembuatan pesawat terbang komersial untuk konsumen nomor satu yakni China.

Boeing menyatakan, selama 20 tahun ke depan China akan membutuhkan 5.000 pesawat baru senilai USD600 miliar. Tetapi, kompetisi untuk kontrak tersebut diyakini akan mengalami kesulitan. Pasalnya, kontrak itu tidak hanya sudah ditetapkan untuk perusahaan seperti Airbus, Embraer, dan Bombardier tapi juga produsen baru di Rusia, China, dan Jepang .Mereka akan bersaing dengan memperebutkan pasar pesawat di kelas 70–190 tempat duduk dalam beberapa tahun mendatang.

Walaupun begitu,Boeing masih menginginkan bagian paling besar. Hal tersebut mendorong perusahaan berinvestasi lebih di China dengan meluncurkan program pendidikan ruang angkasa di sekolah dasar sampai universitas di Beijing. Pada 2011 Boeing membukukan pendapatan sebesar USD4,8 miliar dan memiliki lebih dari 6.000 karyawan di Negeri Panda. Di sektor konsumer, pemilik ikon rantai makanan cepat saji Yum! Brands Inc saat ini dilaporkan memperoleh pendapatan lebih besar dari China sebesar 19 persen pada 2011.

Bandingkan dengan negara asalnya,AS ,yang turun satu persen. CEO Yum! Brand Inc David Novak mengungkapkan, China merupakan negara penghasil kesempatan terbesar bagi pertumbuhan restoran di abad 21. Sekadar diketahui, Yum! Brands telah membuka 656 restoran baru di China. Di antara merek-merek Yum! Brands yang terkenal adalah KFC, Pizza Hut, dan Taco Bell. Selain di sektor konsumsi dan manufaktur, para pemasar level internasional juga membidik masyarakat elite di China yang menaruh perhatian lebih pada barang seni.

Terbukti,dengan kinerja perusahaan lelang terbesar asal Amerika,Sothebys, yang membukukan penjualan dari China sebesar 17 persen dari total penjualan di seluruh dunia. Pada 2004 lalu, sekitar tiga persen dari penjualan lelang Sothebys juga berasal dari Daratan China,Hong Kong, dan Taiwan. “Itu merupakan perubahan yang paling dramatis dalam demografi dan konsumsi selama 270 tahun. Saat ini kami berada di tengah pergeseran paling kompleks dalam penciptaan kekayaan,” ungkap Presiden dan CEO Sothebys William Ruprecht.

Di industri farmasi, perusahaan AS lainnya yang membidik besarnya pasar China adalah Merck & Co. Selain membidik konsumen di negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia itu, Merck banyak mempekerjakan tenaga penjualan di China, berbanding terbalik dengan AS dan Eropa yang justru memangkas pekerja. CEO Merck Kenneth Frazier mengutarakan, pihaknya menyebut China harus menjadi pasar utama untuk perusahaannya. “Merck telah membangun penelitian dan pengembangan fasilitas di Beijing sebesar USD1,5 miliar,”imbuhnya.

Merck memperkirakan, tahun depan penjualan di China akan melonjak 30 persen dan terus meningkat pada dekade berikutnya. Perusahaan AS yang juga memanfaatkan naiknya pertumbuhan China adalah Coca-Cola. Di tengah turunnya konsumsi minuman bersoda di pasar AS,perusahaan itu kini membidik pasar negara berkembang termasuk China. Beruntung bagi Coca-Cola, merek minumannya seperti Sprite,Fanta,dan Coke di terima dengan baik oleh konsumen di Negeri Panda dengan mencatatkan kenaikan penjualan 12 persen.

Tetapi,baru-baru ini bisnis Coca-Cola sedikit terganggu dengan seruan Pemerintah China yang memerintahkan agar menghentikan sementara produksi di pabrik pembotolan di China Utara akibat terdapat zat klorin berlebih.

Namun,juru bicara Coca- Cola mengungkapkan, penghentian produksi sementara tersebut tidak berhubungan dengan keamanan atau tingkat klorin. “Tingkat klorin berada jauh di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Uni Eropa,Amerika Utara,dan standar China untuk air minum,”tegasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1230 seconds (0.1#10.140)