Inalum kembali dibahas bulan Juni
A
A
A
Sindonews.com - Pembahasan pendahuluan negosiasi atas proyek PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) antara Indonesia dan Jepang dijadwalkan bulan Juni 2012.
Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Tjahajana mengatakan,saat ini Indonesia tengah menyiapkan data-data yang akan digunakan untuk membahas negosiasi itu.
“Kita sedang melakukan konsultasi dengan tim. Mempersiapkan data-data,termasuk untuk kebutuhan due diligence. BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) juga sudah menyampaikan perkembangan. Intinya, kita ingin semua data siap ketika jadwalnya tiba,”kata Agus di Kemenperin, Jakarta kemarin.
Seperti diketahui, sesuai Master of Agreement (MoA),masa kontrak kerja sama atas proyek Inalum antara Indonesia dengan Nippon Asahan Alu-minium (NAA) akan berakhir pada Oktober 2013. Kerja sama membangun perusahaan smelter aluminium itu dimulai sejak tahun1975. Pemerintah Indonesia menguasai sekitar 41,13 persen saham Inalum, sedangkan 58,87 persen lainnya dimiliki NAA. Sehingga,setahun sebelumnya atau Oktober 2012, kedua belah pihak harus melakukan negosiasi.
“Kami sudah lakukan pembicaraan.Tapi, kita jajaki, bagaimana agar waktunya bisa lebih cepat, lebih baik. Selama Juni, Juli, ke Agustus nanti, agar bisa berjalan. Jadi, lebih cepat,”ucapnya. Rencananya, kata dia, pihak Jepang akan datang ke Indonesia pada Juni nanti.“Kita lakukan pendahuluan, termasuk membahas soal teknis-teknisnya. Termasuk, soal penghitungan pembukuannya.Tapi, kita juga tidak mau terburuburu,” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menyatakan akan mengambil alih secara penuh saham Inalum. Pasalnya, Indonesia akan mengembangkan industri hilir berbasis alumina mulai tahun 2013. Untuk itu, pemerintah Indonesia harus menyediakan dana sekitar USD700 juta. “Tapi, angka pastinya, belum tahu. Masih akan ada perubahan,” tambahnya.
Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Tjahajana mengatakan,saat ini Indonesia tengah menyiapkan data-data yang akan digunakan untuk membahas negosiasi itu.
“Kita sedang melakukan konsultasi dengan tim. Mempersiapkan data-data,termasuk untuk kebutuhan due diligence. BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) juga sudah menyampaikan perkembangan. Intinya, kita ingin semua data siap ketika jadwalnya tiba,”kata Agus di Kemenperin, Jakarta kemarin.
Seperti diketahui, sesuai Master of Agreement (MoA),masa kontrak kerja sama atas proyek Inalum antara Indonesia dengan Nippon Asahan Alu-minium (NAA) akan berakhir pada Oktober 2013. Kerja sama membangun perusahaan smelter aluminium itu dimulai sejak tahun1975. Pemerintah Indonesia menguasai sekitar 41,13 persen saham Inalum, sedangkan 58,87 persen lainnya dimiliki NAA. Sehingga,setahun sebelumnya atau Oktober 2012, kedua belah pihak harus melakukan negosiasi.
“Kami sudah lakukan pembicaraan.Tapi, kita jajaki, bagaimana agar waktunya bisa lebih cepat, lebih baik. Selama Juni, Juli, ke Agustus nanti, agar bisa berjalan. Jadi, lebih cepat,”ucapnya. Rencananya, kata dia, pihak Jepang akan datang ke Indonesia pada Juni nanti.“Kita lakukan pendahuluan, termasuk membahas soal teknis-teknisnya. Termasuk, soal penghitungan pembukuannya.Tapi, kita juga tidak mau terburuburu,” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menyatakan akan mengambil alih secara penuh saham Inalum. Pasalnya, Indonesia akan mengembangkan industri hilir berbasis alumina mulai tahun 2013. Untuk itu, pemerintah Indonesia harus menyediakan dana sekitar USD700 juta. “Tapi, angka pastinya, belum tahu. Masih akan ada perubahan,” tambahnya.
()