Ekspor produk lifestyle naik
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengungkapkan produk lifestyle Indonesia, terutama yang diperuntukkan bagi orang tua, diminati di sejumlah negara seperti Jepang dan Eropa. Jepang, misalnya sangat tertarik dengan hasil kerajinan sementara Eropa berminat dengan kuliner.
“Fashion dan lifestyle produk untuk orang tua. Saya juga (merasa) aneh, kok permintaannya kuat, tapi kita coba saja (dimaksimalkan). Dan untuk Eropa, hal yang sangat spesifik untuk kuliner,” tutur Bayu di sela-sela acara Rakornas III TPID (Tim Pengelola Inflasi daerah) 2012 di Jakarta baru-baru ini.
Bayu menambahkan, peminat utama kerajinan Indonesia di Jepang memang orang tua atau mereka yang sudah pensiun. Namun, dia mengingatkan segmen tersebut justru sangat potensial karena daya belinya yang tinggi. “Rupanya ada segmen pasar di Jepang yang sangat potensial kita isi adalah orang tua para pensiun. Ini daya belinya masih tinggi. (mereka) Ingin mengeksplor produk-produk yang kita tawarkan,”imbuhnya.
Bayu menjelaskan, di tengah lesunya perekonomian dunia, Indonesia memang tidak bisa lagi mengejar ekspor secara general, tetapi harus segmented. Penajaman komoditi ekspor menurutnya akan menjadi kunci karena akan membedakan keunggulan ekspor Indonesia dibandingkan negara lain. Untuk itulah, Kementerian Perdagangan akan mencoba melihat segmen-segmen mana lagi yang bisa digarap di Indonesia, baik melalui pameran maupun penguatan jaringan kerja sama.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama kuartal I/2012, ada peningkatan nilai ekspor yang cukup tajam untuk sejumlah produk lifestyle, bila dibandingkan dengan kuartal I/2011. Nilai ekspor hasil karya seni, misalnya, naik lebih dari 100 persen dari USD1,503 juta pada kuartal I/2011 menjadi USD3,952 juta pada kuartal I/2012.
Contoh lain dari komoditi ekspor yang melonjak tajam adalah jerami/ bahan anyaman dari USD11,715 juta menjadi USD21,877,kain tenun khusus dari USD12,232 juta menjadi USD14,273, serta barang-barang kulit dari USD69,39 juta menjadi USD84,91 juta.
Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto mengakui memang ada peningkatan untuk komoditas lifestyle. Namun, dia belum bisa mengetahui secara pasti produk- produk mana yang mengalami peningkatan tajam karena harus dilihat secara detail. “Kalau (ada peningkatan) memang tendensi bagus itu. Produk fesyen dan lifestyle itu ekspornya banyak, ya, kita harus pilah lagi dokumennya,” ujar Satwiko.
Pertumbuhan Industri
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, industri akan sulit tumbuh hingga 7 persen tahun ini. “Ya, melambat.Pertumbuhan ekonomi 6 persen saja sudah bagus. Manufaktur 6,9 persen pada tahun lalu. Saya pikir tahun ini 6,5 persen sudah bagus,” kata Sofjan.
Terlebih lagi, dia mengatakan bahwa situasi politik tahun depan dikhawatirkan akan memengaruhi pertumbuhan industri. “Saya paling pesimistis tahun depan karena mulai pemilu. Tidak ada lagi yang konsentrasi. Semua konsentrasi menangkan pemilu. Faktor politik akan sangat pengaruhi pertumbuhan kita,” ujar dia.
Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Harry Warganegara menjelaskan, pertumbuhan industri memang akan terus naik dan didominasi manufaktur. Namun, kata dia, pemerintah belum maksimal mendorong pertumbuhan industri nasional. (ank)
“Fashion dan lifestyle produk untuk orang tua. Saya juga (merasa) aneh, kok permintaannya kuat, tapi kita coba saja (dimaksimalkan). Dan untuk Eropa, hal yang sangat spesifik untuk kuliner,” tutur Bayu di sela-sela acara Rakornas III TPID (Tim Pengelola Inflasi daerah) 2012 di Jakarta baru-baru ini.
Bayu menambahkan, peminat utama kerajinan Indonesia di Jepang memang orang tua atau mereka yang sudah pensiun. Namun, dia mengingatkan segmen tersebut justru sangat potensial karena daya belinya yang tinggi. “Rupanya ada segmen pasar di Jepang yang sangat potensial kita isi adalah orang tua para pensiun. Ini daya belinya masih tinggi. (mereka) Ingin mengeksplor produk-produk yang kita tawarkan,”imbuhnya.
Bayu menjelaskan, di tengah lesunya perekonomian dunia, Indonesia memang tidak bisa lagi mengejar ekspor secara general, tetapi harus segmented. Penajaman komoditi ekspor menurutnya akan menjadi kunci karena akan membedakan keunggulan ekspor Indonesia dibandingkan negara lain. Untuk itulah, Kementerian Perdagangan akan mencoba melihat segmen-segmen mana lagi yang bisa digarap di Indonesia, baik melalui pameran maupun penguatan jaringan kerja sama.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama kuartal I/2012, ada peningkatan nilai ekspor yang cukup tajam untuk sejumlah produk lifestyle, bila dibandingkan dengan kuartal I/2011. Nilai ekspor hasil karya seni, misalnya, naik lebih dari 100 persen dari USD1,503 juta pada kuartal I/2011 menjadi USD3,952 juta pada kuartal I/2012.
Contoh lain dari komoditi ekspor yang melonjak tajam adalah jerami/ bahan anyaman dari USD11,715 juta menjadi USD21,877,kain tenun khusus dari USD12,232 juta menjadi USD14,273, serta barang-barang kulit dari USD69,39 juta menjadi USD84,91 juta.
Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto mengakui memang ada peningkatan untuk komoditas lifestyle. Namun, dia belum bisa mengetahui secara pasti produk- produk mana yang mengalami peningkatan tajam karena harus dilihat secara detail. “Kalau (ada peningkatan) memang tendensi bagus itu. Produk fesyen dan lifestyle itu ekspornya banyak, ya, kita harus pilah lagi dokumennya,” ujar Satwiko.
Pertumbuhan Industri
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, industri akan sulit tumbuh hingga 7 persen tahun ini. “Ya, melambat.Pertumbuhan ekonomi 6 persen saja sudah bagus. Manufaktur 6,9 persen pada tahun lalu. Saya pikir tahun ini 6,5 persen sudah bagus,” kata Sofjan.
Terlebih lagi, dia mengatakan bahwa situasi politik tahun depan dikhawatirkan akan memengaruhi pertumbuhan industri. “Saya paling pesimistis tahun depan karena mulai pemilu. Tidak ada lagi yang konsentrasi. Semua konsentrasi menangkan pemilu. Faktor politik akan sangat pengaruhi pertumbuhan kita,” ujar dia.
Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Harry Warganegara menjelaskan, pertumbuhan industri memang akan terus naik dan didominasi manufaktur. Namun, kata dia, pemerintah belum maksimal mendorong pertumbuhan industri nasional. (ank)
()