Surabaya batasi industri penghasil polutan
A
A
A
Sindonews.com - Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang mencoba membangun citra sebagai kota perdagangan dan jasa terus dirintis. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi industri penghasil polutan di Kota Pahlawan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Hendro Gunawan menuturkan, target pada 2025 untuk menjadikan Surabaya kota perdagangan dan jasa terus dirintis. Paling tidak pada tahun itu Surabaya sudah seperti Singapura yang kini lebih terbuka dan mampu menjadi sirkulasi perdagangan.
“Untuk menuju ke arah saja, maka komitmen ini yang kami pegang dan dipegang semua pejabat pemkot untuk berbenah,” ujar Hendro, Senin (21/5/2012).
Ia melanjutkan, saat ini program pembangunan di Surabaya sudah ditetapkan dalam draft program pembangunan yang masuk dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) 2011-2015. Makanya terus diupayakan untuk mengurangi jumlah industri yang mengolah bahan-bahan mentah menjadi bahan jadi dan menghasilkan polutan berat.
Hendro mencontohkan industri pengolah kulit menjadi sepatu, industri pengolah kulit menjadi tas dan lainnya. Program pengurangannya dengan tidak mengeluarkan izin baru bagi industri berat tersebut. Nantinya, semua industri itu disarankan pabriknya yang ada di Surabaya hanya dijadikan gudang penyimpanan produksi dan tempat penjualan hasil produksinya saja.
“Sedangkan industrinya disarankan untuk pindah ke Pasuran Industril Estate Rembang (PIER), lokasi industri di Gresik atau di Sidoarjo,” jelasnya.
Pemkot tetap melakukan pembatasan terhadap industri yang mau masuk ke Kota Pahlawan untuk menanamkan modalnya. Industri yang bisa masuk ke Surabaya hanyalah industri dengan teknologi tinggi, polutan rendah dan ramah lingkungan.
“Intinya, jika tidak sesuai dengan kriteria yang ada, maka industri tidak boleh masuk ke sini. Dan pelaku industri sudah tahu sehingga mereka bergeser ke lokasi lain seperti PIER, atau daerah lain,” ujar Hendro.
Sedangkan soal kesiapan terhadap warga kota, Pemkot sejak sekarang sudah berupaya melatih keterampilan bagi keluarga miskin (gakin). Mereka ada yang diberikan pengetahun membuat industri kecil melalui Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM).
Di dunia pendidikan, lanjutnya, warga Surabaya diharapkan bisa sekolah semua. Baik dari anak gakin maupun kaya semuanya diharap bisa sekolah. Bahkan, Pemkot sudah menggratiskan uang pendidikannya.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan program ini. Pemkot tetap akan mengupayakan agar warga Surabaya tidak tergusur atas terwujudnya rencana ini. Bahkan, kami berharap warga Surabaya bisa bersaing dengan hasil usahanya,” terangnya. (ank)
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Hendro Gunawan menuturkan, target pada 2025 untuk menjadikan Surabaya kota perdagangan dan jasa terus dirintis. Paling tidak pada tahun itu Surabaya sudah seperti Singapura yang kini lebih terbuka dan mampu menjadi sirkulasi perdagangan.
“Untuk menuju ke arah saja, maka komitmen ini yang kami pegang dan dipegang semua pejabat pemkot untuk berbenah,” ujar Hendro, Senin (21/5/2012).
Ia melanjutkan, saat ini program pembangunan di Surabaya sudah ditetapkan dalam draft program pembangunan yang masuk dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) 2011-2015. Makanya terus diupayakan untuk mengurangi jumlah industri yang mengolah bahan-bahan mentah menjadi bahan jadi dan menghasilkan polutan berat.
Hendro mencontohkan industri pengolah kulit menjadi sepatu, industri pengolah kulit menjadi tas dan lainnya. Program pengurangannya dengan tidak mengeluarkan izin baru bagi industri berat tersebut. Nantinya, semua industri itu disarankan pabriknya yang ada di Surabaya hanya dijadikan gudang penyimpanan produksi dan tempat penjualan hasil produksinya saja.
“Sedangkan industrinya disarankan untuk pindah ke Pasuran Industril Estate Rembang (PIER), lokasi industri di Gresik atau di Sidoarjo,” jelasnya.
Pemkot tetap melakukan pembatasan terhadap industri yang mau masuk ke Kota Pahlawan untuk menanamkan modalnya. Industri yang bisa masuk ke Surabaya hanyalah industri dengan teknologi tinggi, polutan rendah dan ramah lingkungan.
“Intinya, jika tidak sesuai dengan kriteria yang ada, maka industri tidak boleh masuk ke sini. Dan pelaku industri sudah tahu sehingga mereka bergeser ke lokasi lain seperti PIER, atau daerah lain,” ujar Hendro.
Sedangkan soal kesiapan terhadap warga kota, Pemkot sejak sekarang sudah berupaya melatih keterampilan bagi keluarga miskin (gakin). Mereka ada yang diberikan pengetahun membuat industri kecil melalui Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM).
Di dunia pendidikan, lanjutnya, warga Surabaya diharapkan bisa sekolah semua. Baik dari anak gakin maupun kaya semuanya diharap bisa sekolah. Bahkan, Pemkot sudah menggratiskan uang pendidikannya.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan program ini. Pemkot tetap akan mengupayakan agar warga Surabaya tidak tergusur atas terwujudnya rencana ini. Bahkan, kami berharap warga Surabaya bisa bersaing dengan hasil usahanya,” terangnya. (ank)
()