IHSG tertekan dipicu rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup tertekan dipicu melemahnya nilai tukar rupiah yang turun cukup signifikan pada akhir pekan.
IHSG BEI ditutup turun 82,37 poin atau 2,07% ke posisi 3.902,51. Sementara rupiah melemah ke level Rp9.400 per dolar AS setelah sempat menguat pada hari sebelumnya. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kemarin sore melemah 25 poin menjadi Rp9.450 dibanding posisi sebelumnya di posisi Rp9.425 per dolar AS. Nilai rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp9.533 per USD.
Analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono mengatakan, IHSG kembali tertekan cukup dalam. Secara kumulatif indeks melemah sebesar 1,96% sepanjang pekan lalu. “Melemahnya indeks dipicu oleh anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam dua hari terakhir. Kami melihat aliran keluar dana asing dari bursa sudah terjadi sejak awal bulan,” katanya.
Menurut dia, net sell asing terjadi selama 14 hari perdagangan berturut-turut. Hal itu terjadi bersamaan dengan mulai ramainya berita Yunani akan keluar dari Uni Eropa setelah pemilunya tidak dapat menghasilkan pemerintah dan memerlukan pemilu ulang.
“Pelemahan kurs terhadap dolar AS bukan terjadi di Indonesia, tetapi juga di hampir seluruh mata uang dunia secara general,” ungkapnya.
Dengan begitu, lanjut Purwoko, dapat disimpulkan bahwa terjadi flight-to-quality yang sering terjadi ketika suatu ketidakstabilan terjadi. “Artinya semua fund masih percaya tempat teraman di dunia untuk menyimpan aset adalah AmerikaSerikat. Mereka berbondong-bondong menarik dananya yang berada di negara non-AS dan menukarkan ke dolar AS,” paparnya.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menambahkan, aksi para spekulan berhasil membuat rupiah sempat melemah ke level Rp9.500 terhadap dolar AS. Hal itu menyebabkan pelaku pasar menjadi panik sehingga berimbas pada pergerakan IHSG.
Edwin mengaku langkah yang diambil BI dengan melakukan intervensi pasar sangat tepat. Terbukti dengan tidak terjun bebasnya nilai rupiah terhadap dolar AS sehingga kepanikan yang sempat terjadi di pelaku pasar modal tidak berlanjut.
Kedepan, kata dia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sebaiknya bisa meniru langkah yang ditempuh BI yakni melakukan intervensi jika pasar modal mengalami penurunan tanpa alasan yang jelas.
Analis Sinarmas Sekuritas Jeff Tan optimistis pelemahan indeks yang sejak beberapa hari lalu terjadi akan segera berakhir karena investor asing melihat Indonesia memiliki kekuatan yang jauh lebih baik dibandingkan negara lain,baik itu dari sisi makroekonomi maupun pasar modal.
Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah menambahkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjadi akibat ada gerakan di pasar luar negeri (off shore). “Gerakan yang terjadi di pasar offshore mengakibatkan perbedaan yang cukup besar antara transaksi onshore (dalam negeri) dan offshore,” katanya di Jakarta kemarin.
Dia mengungkapkan, selain aktivitaspasar offshore,pelemahan rupiah juga bisa terjadi karena ada investor yang lepas surat utang negara (SUN) dan konversi ke dolar AS pada saat yang sama sehingga menimbulkan tekanan yang tiba-tiba dalam jumlah besar.Tekanan ini pun semakin diperparah oleh sentimen Eropa. (bro)
()