Menyembuhkan perekonomian Jawa Timur

Senin, 28 Mei 2012 - 09:50 WIB
Menyembuhkan perekonomian Jawa Timur
Menyembuhkan perekonomian Jawa Timur
A A A
Sindonews.com – Pada 29 Maret, enam tahun lalu, gas bertekanan sangat tinggi tiba-tiba menyembur dari sebuah sumur pengeboran gas milik PT Lapindo Brantas Inc di Porong. Tak ada yang menduga,itu adalah awal malapetaka panjang yang dirasakan warga Jawa Timur, khususnya Sidoarjo.

Dalam hitungan hari semburan gas bercampur lumpur itu semakin kuat. Muntahan lumpur lalu mulai menggenangi kawasan sumur Banjar Panji 1, Desa Renokenongo itu. Berikutnya, dari satu dua kampung, muntahan lumpur bercampur gas itu terus meluas menggenangi desa-desa dan melahap jalan tol Surabaya-Gempol.

Sontak kehidupan masyarakat berubah. Mereka kehilangan tempat tinggal dan bahkan penghasilan.Terputusnya jalan tol mengakibatkan kemacetan luar biasa yang terjadi setiap hari di Raya Porong. Jalan ini merupakan akses utama dari dan menuju Surabaya, setelah tol terputus.

Akses perdagangan terganggu, investasi tersendat, dan akibatnya perekonomian Jawa Timur pun melambat. Dalam beberapa kesempatan, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan,kerugian ekonomi Jawa Timur akibat semburan lumpur Lapindo sekitar Rp33 miliar per tahun, atau sekitar Rp2,5 triliun.

Namun yang paling mengkhawatirkan adalah hilangnya potensi investasi karena banyak calon pemodal dihantui ketakutan tentang semburan Lumpur, yang diprediksi para pakar berlangsung hingga 30 tahun. Banyak pengusaha yang cukup lama mengembangkan bisnis di Kota Udang ini, akhirnya hengkang ke daerah lain.

Sebanyak 19 perusahaan besar di Porong dan Tanggulangin, dan Jabon tutup, sedangkan sekitar 30 perusahaan menengah dan ratusan Unit Kegiatan Usaha (UKM) gulung tikar. Rencana pengembangan segitiga investasi di Sidoarjo (Porong-Jabon-Krian) juga berantakan.

”Untuk mendukung segitiga investasi Siborian, pemkab sudah negosiasi membuka pintu tol di Jabon. Selain itu infrastruktur jalan juga diperbaiki, tapi semuanya gagal setelah muncul semburan lumpur,” ujar Kepala Dinas PU Bina Marga Sidoarjo Sigit Setiawan. Kawasan Tanggulangin, yang dikenal sebagai pusat kerajinan kulit juga harus merasakan dampak pahit semburan lumpur Lapindo.

Akses yang sulit (macetnya Raya Porong) menyebabkan pengunjung sepi. Ujung-ujungnya banyak perajin yang gulung tikar.Banyak showroom tas dan kerajinan kulit lain tutup. Sektor perbankan bahkan ikut-ikutan ”membuat blacklist” investasi rumah yang kala itu sedang bergairah.Tidak mudah mendapat pinjaman bank untuk membeli rumah di Sidoarjo. Karena itu,banyak properti di kawasan Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Candi, harganya hancur.Pengembang pun enggan membangun perumahan di tiga kecamatan itu.

Dari data di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Sidoarjo, sejak 2006 izin usaha baru maupun izin perumahan di Sidoarjo turun drastis. Kini, enam tahun berselang, perekonomian Jawa Timur diprediksikan segera pulih.

Harapan ini muncul setelah Jalan Arteri Porong resmi dioperasikan pada pertengahan Maret 2012.Saat dibuka Gubernur Jatim Soekarwo pada 15 Maret lalu,Jalan Arteri Porong sudah menghubungkan tol Porong dengan Japanan, Pasuruan. Kendaraan tidak perlu bermacet-macet ria di Jalan Raya Porong. Wacana pembangunan jalan ini sebenarnya telah menarik perhatian sejumlah investor pada 2009,termasuk untuk sektor properti.

Sejak pertengahan tahun itu,kepercayaan investor memang mulai tumbuh. Ini bisa dilihat dari naiknya pendapatan Pemkab Sidoarjo dari sektor perizinan, dalam tiga tahun terakhir. Dari target Rp8,9 miliar yang dicanangkan Pemkab Sidoarjo pada 2010, realisasinya mencapai Rp21 miliar lalu naik menjadi Rp30 miliar pada tahun berikutnya, dari target Rp25,5 miliar. Kebanyakan izin yang diajukan adalah usaha baru, baik besar atau menengah.” Investor sudah tidak takut lagi musibah lumpur. Sehingga, mereka banyak yang membuka usaha di Sidoarjo,” ujar Kepala BPPT Sidoarjo Joko Santosa.

Data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sidoarjo dalam tiga tahun terakhir juga mencatat adanya peningkatan usaha di Sidoarjo.Hal ini membuktikan bahwa geliat perdagangan di Kabupaten Sidoarjo sebagai kota penyanggah Surabaya mulai kembali bangkit.”Kesan Sidoarjo adalah kawasan lumpur semakin lama makin terkikis. Kini pengusaha mulai menanamkan modalnya di Sidoarjo,” ujar Ketua Kadin Sidoarjo, H Imam Sugiri.

Bangkitnya perdagangan juga dirasakan perajin tas dan kulit di Pasar Wisata Tanggulangin. Hanya beberapa pekan setelah Arteri Porong dibuka, omzet penjualan mereka mulai naik. Jalan Arteri Porong memudahkan bus pariwisata tanpa harus terjebak macet menuju Tanggulangin.

”Sejak Arteri Porong dibuka, ada kenaikan wisatawan yang berkunjung,”ujar Ahmad Muzaki, salah satu pengusaha kulit di Tanggulangin. Banyak pihak berharap, Jalan Arteri Porong menjadi salah satu solusi yang jitu untuk mengembalikan perekonomian Jatim yang sempat terpuruk.Jalan ini akan menggantikan posisi Raya Porong yang sudah tak mampu menampung arus kendaraan yang begitu tinggi.

”Kami berharap, Jalan Arteri Porong sudah bisa dioperasikan seluruhnya pada Lebaran tahun ini,”ujar Pejabat Pembuat Kebijakan BPLS Akhmad Purwanto.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6614 seconds (0.1#10.140)