Tongkol sumbang deflasi di Aceh
A
A
A
Sindonews.com – Provinsi Aceh mengalami deflasi 0,72 persen selama Mei 2012. Hal ini diakibatkan oleh turunnya berbagai jenis barang dan jasa. Komoditas tongkol, daging ayam ras, beras dan emas perhiasan memberi andil tertinggi terhadap deflasi.
“Mei 2012, Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,59 persen, Kota Lhokseumawe juga deflasi 0,86 persen, sehingga secara agregat Provinsi Aceh terjadi deflasi 0,72 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Syeh Suhaimi dalam konferensi pers di Banda Aceh, Jumat (1/6/2012).
Pada bulan lalu, lanjut dia, Indek Harga Konsumen (IHK) provinsi itu tercatat turun dari 130,81 pada April 2012 menjadi 129,87.
Deflasi secara umum disebabkan penurunan harga antara 1,81 hingga 0,02 persen pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Sementara kelompok pendidikan, rekreasi, olahraga, kelompok kesehatan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi antara 0,23 hingga 0,02 persen.
Suhaimi menyebutkan di Banda Aceh dari 82 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga, 42 di antaranya menunjukkan kenaikan. Sedangkan 40 jenis lagi turun harga.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan lalu adalah jeruk, cumi-cumi, cabai hijau, limau, emping mentah, buncis, televisi berwarna dan minyak goreng.
BPS mencatat laju inflasi Aceh sepanjang tahun ini minus 0,03 persen, sedangkan secara year on year (Mei 2011-Mei 2012) adalah sebesar 3,99 persen.
Dari 66 kota di Indonesia dipantau IHK pada Mei 2012, tercatat 37 Kota mengalami inflasi dan 29 lagi deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 0,93 persen dan terendeh di Balikpapan 0,04 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,15 persen dan terendah di Bogor 0,03 persen.
Di Sumatera ada sembilan kota mengalami inflasi dan tujuh lainnya deflasi pada bulan lalu. Inflasi tertinggi di Jambi yaitu 0,70 persen. Sementara deflasi tertinggi di Pangkal Pinang dan terendah di Sibolga 0,04 persen.
“Mei 2012, Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,59 persen, Kota Lhokseumawe juga deflasi 0,86 persen, sehingga secara agregat Provinsi Aceh terjadi deflasi 0,72 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Syeh Suhaimi dalam konferensi pers di Banda Aceh, Jumat (1/6/2012).
Pada bulan lalu, lanjut dia, Indek Harga Konsumen (IHK) provinsi itu tercatat turun dari 130,81 pada April 2012 menjadi 129,87.
Deflasi secara umum disebabkan penurunan harga antara 1,81 hingga 0,02 persen pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Sementara kelompok pendidikan, rekreasi, olahraga, kelompok kesehatan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi antara 0,23 hingga 0,02 persen.
Suhaimi menyebutkan di Banda Aceh dari 82 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga, 42 di antaranya menunjukkan kenaikan. Sedangkan 40 jenis lagi turun harga.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan lalu adalah jeruk, cumi-cumi, cabai hijau, limau, emping mentah, buncis, televisi berwarna dan minyak goreng.
BPS mencatat laju inflasi Aceh sepanjang tahun ini minus 0,03 persen, sedangkan secara year on year (Mei 2011-Mei 2012) adalah sebesar 3,99 persen.
Dari 66 kota di Indonesia dipantau IHK pada Mei 2012, tercatat 37 Kota mengalami inflasi dan 29 lagi deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 0,93 persen dan terendeh di Balikpapan 0,04 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,15 persen dan terendah di Bogor 0,03 persen.
Di Sumatera ada sembilan kota mengalami inflasi dan tujuh lainnya deflasi pada bulan lalu. Inflasi tertinggi di Jambi yaitu 0,70 persen. Sementara deflasi tertinggi di Pangkal Pinang dan terendah di Sibolga 0,04 persen.
()