Menilik untungnya IPO Facebook

Senin, 04 Juni 2012 - 15:06 WIB
Menilik untungnya IPO Facebook
Menilik untungnya IPO Facebook
A A A
Sindonews.com – Pasar kerap bereaksi terkait dengan penawaran saham perdana (IPO) perusahaan-perusahaan teknologi berbasis internet seperti Linkedin, Groupon, Zynga, dan Yelp, dimana tidak semuanya diawali dengan sebuah kesuksesan.

Dengan kapitalisasi pasar awal yang tinggi, harga saham perdana yang ditetapkan pada IPO beberapa waktu lalu dianggap terlalu mahal oleh para analis, terutama karena penetapan valuasi awal Facebook telah dipengaruhi faktor asumsi atas proyeksi pertumbuhan pendapatan yang tinggi untuk lima tahun kedepan.

Namun demikian, secara jangka panjang, tidak diragukan lagi bahwa Facebook berada dalam posisi yang kuat untuk memperluas jangkauan globalnya sebagai situs jaringan sosial terbesar di dunia, dengan pengguna yang hampir mencapai 1 miliar.

Menurut Senior Research Manager ICT–Australia Frost & Sullivan Phil Harpur, ketika Facebook telah matang dari segi jumlah pengguna, dan tengah dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat dengan Google, Facebook masih tertinggal dalam hal model bisnis periklanan yang merupakan sumber pendapatan terbesar.

“Facebook saat ini menghadapi kesulitan untuk berkompetisi dengan Google yang memiliki platform iklan semakin matang dan berkembang. Untuk memperoleh kepercayaan industri ini, Facebook harus menggunakan lebih banyak waktu dan sumber dayanya untuk mengembangkan model periklanannya secara lebih jauh. Terutama terkait dengan kejadian yang baru-baru ini menimpa Facebook dimana General Motors menarik anggaran iklannya di Facebook sebesar USD10 juta,” ungkap Harpur dalam keterangan yang diterima Sindonews, Senin (4/6/2012).

Di sisi lain, belum matangnya model iklan online Facebook digabung dengan jangkauan global yang luas, memberikan mereka potensi yang besar untuk tumbuh dengan pertumbuhan pendapatan yang sangat tinggi dalam jangka waktu yang panjang serta kemampuan untuk bersaing dengan Google dalam hal pendapatan iklan. Google, di lain pihak, meskipun masih menunjukkan pertumbuhan yang solid dalam pendapatan iklan, tidak lagi memiliki potensi pertumbuhan yang pesat seperti Facebook karena platform iklannya yang telah matang.

Sementara itu, Head of Research ICT-Australia dan New Zealand Frost & Sullivan Audrey William juga mengatakan, sementara peluang untuk tumbuh terbuka lebar pasca penawaran saham perdana, Facebook juga harus mewaspadai kemungkinan timbulnya masalah privasi. Banyak pengguna Facebook yang mengeluhkan tentang pengaturan privasi beberapa tahun belakangan ini dan sebagai akibatnya, banyak pengguna yang kemudian meninggalkan Facebook.

“Sangat penting bagi Facebook untuk mengatasi masalah privasi sehingga tidak harus berhadapan dengan pihak pemerintahan. Jika kebijakan privasi ini tidak diperhatikan, permasalahan privasi dapat mengarah pada pemblokiran total terhadap Facebook oleh pemerintah di sebuah negara,” papar Audrey.

Ada beberapa negara yang telah membatasi pengunaan bahkan memblokir Facebook, seperti China. Dengan demikian, regulasi di masing-masing negara terkait dengan undang-undang privasi adalah hal yang harus diperhatikan Facebook karena berpotensi menghambat pertumbuhan dan pendapatan mereka.

Facebook juga telah mulai mengeksplorasi model-model bisnis baru dan peluang-peluang di area seperti belanja online, dengan cara yang sama dilakukan Google dalam mendiversifikasi model bisnis awalnya dari sekedar perusahaan mesin pencari. Di tahun-tahun mendatang, Frost & Sullivan memprediksi Facebook akan mengambil lebih banyak langkah di area belanja online.

“Sejauh ini Facebook telah sukses membuat platform online mereka menjadi sangat interaktif melalui aplikasi-aplikasi yang memungkinkan dilakukannya sharing media seperti foto, konten, dan video. Akusisi Instagram oleh Facebook baru-baru ini merupakan salah satu contoh bagaimana Facebook mentransformasi platformnya menjadi one stop shop bagi kolaborasi dan komunikasi media sosial,” kata Harpur.

Penting bagi Facebook untuk melanjutkan strateginya ini di tahun-tahun mendatang dan mengembangkan platform komunikasi yang lebih kaya dimana penggunanya tidak hanya dapat mengirimkan pesan instan dan melakukan panggilan, tapi juga memiliki akses ke fungsionalitas lain seperti sesi konferensi video. Indikasi pasar saat ini menunjukkan bahwa Facebook diperkirakan akan meraih kesuksesan dengan strategi tersebut untuk jangka waktu yang panjang.

“Mahalnya harga saham pada perusahaan startup di bidang teknologi seperti yang terjadi pada era gelembung dot-com di tahun 1998 - 2000 yang lalu diperkirakan akan berdampak jangka pendek pada penawaran saham perdana Facebook baru-baru ini. Meskipun mengalami penurunan, harga saham Facebook masih dapat dikatakan dalam batasan yang wajar,” ungkap Senior Consultant ICT - Indonesia, Frost & Sullivan, Iwan Rachmat.

Facebook yang dianggap sebagai perusahaan yang “sangat menjanjikan” dengan akusisinya terhadap Instagram baru-baru ini, akan melewati siklus “ekspektasi pasar yang tinggi” terkait dengan tingginya harga saham IPO awal, diikuti oleh penyesuaian pasar selama masa IPO, dan kemudian mengelola pertumbuhan perusahaan kedepannya. "Apapun ekspektasi pasar, akan lebih bijak jika kita mengamati pergerakan harga saham Facebook dalam 6 bulan hingga 1 tahun kedepan,” tutup Iwan.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4716 seconds (0.1#10.140)