Om Liem dan gurita bisnis (bag 2)

Senin, 11 Juni 2012 - 10:55 WIB
Om Liem dan gurita bisnis (bag 2)
Om Liem dan gurita bisnis (bag 2)
A A A


Sindonews.com - Liem Sioe Liong alias Sudono Salim merupakan seorang pengusaha Indonesia yang sukses menjalankan bisnisnya. Dirinya yang hingga akhir hayatnya tinggal di Singapura mempercayakan kerajaan bisnis yang dibangunnya dipegang oleh anak dan menantunya, yakni Anthony Salim dan Franciscus Welirang.

Dikutip dari laman Wikipedia, Minggu (10/6/2012), Sudono Salim lahir di Tiongkok, China pada 10 September 1915. Sudono terlahir dengan nama Lin Shaoliang.

Taipan bertangan dingin ini sebelumnya pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia dan Asia. Bahkan, Sudono Salim pernah masuk dalam jajaran 100 orang terkaya di dunia.

Setelah krisis ekonomi dan reformasi politik, kekayaannya menurun. Dia pun memilih lebih lama tinggal di Singapura, setelah rumahnya, Gunung Sahari, Jakarta, dijarah dan diobrak-abrik massa reformasi. Kerusuhan reformasi 13-14 Mei 1998 itu tampaknya membuat Om Liem trauma tinggal di Indonesia.

Pria bernama asli Sudono Salim tersebut merupakan perantau dari Futsing, Hokkian, China Selatan. Kala itu, Salim muda memulai usahanya dengan bekerja magang dengan pamannya yang berdagang jagung, beras, dan kedelai. Terlahir dengan nama Lin Shao-liang, anak kedua dari tiga bersaudara ini mengikuti jejak sang kakak, Liem Sioe Hie.

Di kalangan pedagang Tionghoa Indonesia dia terkenal dengan sebutan "Liem botak". Sejarah Liem pun dimulai di sebuah pelabuhan kecil Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok.

Dilansir dari berbagai sumber, saat Jepang datang, pria kelahiran 10 September 1915 tersebut mulai berdagang minyak kacang kecil-kecilan di Kudus, Jawa Tengah. Di kota ini pula, dia mencoba peruntungannya dengan menjadi penyalur cengkeh. Ketika itu, nasib baik berpihak padanya. Saat Revolusi 1945 pecah, Liem membantu Tanah Air, yang membutuhkan dana melawan Belanda.

Namun, ketika Jepang menyerah, ia sempat terkena musibah. Berkarung-karung uang Jepang miliknya mendadak dinyatakan tidak laku, karena pemerintah menerbitkan uang baru. Saat itu, tiap orang menerima satu rupiah uang baru tadi. Liem pun memutar otak dengan mengubah taktik dagangnya.

Kunci sukses baginya adalah jasa. Prinsipnya, bisnis tidak boleh atas dasar uang, tapi harus atas dasar barang. Sejak itu, ia lebih memusatkan usaha diversifikasi. Liem pun memutuskan pindah ke Jakarta pada 1951, dan mulai mengembangkan usahanya. Mula-mula ia mendirikan pabrik sabun, kemudian pabrik paku, ban sepeda, pengilangan karet, kerajinan, dan makanan. Ia juga menjalankan usaha di bidang pengusahaan hutan, bangunan, perhotelan, asuransi, perbankan, bahkan toko pakaian.

Bos perusahaan induk Liem Investors di Hong Kong dan PT Salim Economic Development Corporation (SEDC) di Jakarta ini pada 2006 hartanya mengalahkan keluarga Rotschild dan Rockefeller. Pada 1984, kekayaan kelompok ini ditaksir sekira USD7 miliar.

Diketahui sebelumnya, Taipan bisnis Indonesia pendiri PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, meninggal dunia kemarin, Minggu 10 Juni 2012, di Singapura, pada pukul 15.50 waktu setempat.

Jenazah Om Liem akan disemayamkan di Mount Vernon Funeral Parlours, 121 Aljunied Road, Singapura hari ini, Senin (11/6/2012).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, jenazah disemayamkan di Mount Vernon Funeral Parlours, 121 Aljunied Road, Singapura di hadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat Liem. "Senin ini jenazah Liem disemayamkan di Mount Vernon," ujar Sofjan dikutip dari Okezone, Senin (11/6/2012). (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.9164 seconds (0.1#10.140)