Mereka yang menjaga warisan keluarga

Senin, 11 Juni 2012 - 12:19 WIB
Mereka yang menjaga warisan keluarga
Mereka yang menjaga warisan keluarga
A A A
Sindonews.com - Orang tua selalu melakukan yang terbaik agar anak-anak mereka hidup sehat dan bahagia. Tidak sedikit orang tua yang menawarkan posisi untuk mengendalikan perusahaan.

Pemberian wewenang kepada anak untuk mengendalikan perusahaan tujuannya adalah agar bisnis mereka bisa bertahan dan berkembang di tangan generasi penerus. Para pewaris ini pun dituntut bekerja keras mengelola sumber kekayaan dari para leluhur mereka. Salah satu generasi penerus yang mampu mempertahankan dan mengembangkan bisnis keluarga ditunjukkan oleh Presiden Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat.

Menurut Irwan, dia memiliki cara khusus supaya perusahaan yang didirikan neneknya itu bisa tetap berkembang dan diterima di zaman teknologi kedokteran yang makin maju sekarang. “Kami selalu berusaha menciptakan produk-produk yang baru dan tetap melengkapinya dengan penelitian- penelitian yang ilmiah. Selain itu, kami juga menjalin kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti beberapa fakultas kedokteran di sejumlah kampus di Indonesia,” kata Irwan yang merupakan generasi ketiga PT Sido Muncul ini.

Irwan mengatakan, dirinya merupakan saksi berdirinya Sido Muncul pada 1951. Karena, sejak kecil dia ikut tinggal bersama neneknya Ny Rakhmat Sulistiyo yang pendiri perusahaan jamu tradisional ini. Karena kerap menemani neneknya meramu jamu, akhirnya dia bisa belajar dan sampai sekarang terus mengembangkannya. Begitu pula dengan PT Jamu Jago, yang merupakan perusahaan jamu tertua di Indonesia.

Perusahaan yang didirikan pada 1918 ini berawal dari ketekunan TK Suprana dalam mengamati cara pembuatan jamu dari ibunya. Dia kemudian mengabdikan hampir seluruh waktunya untuk mempelajari dan bereksperimen mengenai metode baru pembuatan jamu. Jamu Jago mengandalkan jamu yang merupakan salah satu obat khas Indonesia untuk menjadi ujung tombak usaha mereka. Berbekal bahan alami tanpa efek samping, Jamu Jago terus menciptakan produk inovasi.

Jamu Jago kini dikelola generasi ke-4 yang digawangi Ivana Suprana sebagai direktur utama. Terbukti, walaupun sudah beberapa kali ganti generasi, Jamu Jago tetap eksis dan menjadi perusahaan jamu tertua di Indonesia. Salah satu ikon Jamu Jago, Jaya Suprana yang merupakan pemimpin generasi ke-3, yakin bahwa jamu akan tetap diminati masyarakat selama para perusahaan jamu dan pemerintah bersatu-padu dalam mengembangkan jamu sebagai karsa dan karya kebudayaan kesehatan bangsa Indonesia sendiri.

“Bukan malah mengembangkan obat-obatan kebudayaan kesehatan China dan Barat sambil melecehkan obat-obatan kebudayaan kesehatan asli bangsa Indonesia sendiri,” kata Jaya kepada harian Seputar Indonesia (SINDO). Masalahnya, apabila bangsa Indonesia hanya silau terhadap apa yang serbaasing sambil memandang rendah karsa dan karya kebudayaan asli bangsa sendiri, maka bangsa Indonesia hanya bisa bersaing setengah hati.

Tanpa kepercayaan dan kebanggaan atas diri sendiri,bangsa Indonesia sulit unggul di gelanggang pasar global. “Bangsa Indonesia beruntung memiliki negara kaya raya sumber daya alam.Tetapi, sumber daya alam saja jelas tidak cukup sebab harus didayagunakan secara maksimal oleh sumber daya manusia tanpa merusak,”tambah Jaya. Jaya merupakan salah satu orang yang mengantarkan Jamu Jago tetap eksis hingga saat ini.

Menurut Jaya, kala mengelola perusahaan, dia mempunyai kiat sederhana yakni berupaya menjabarkan falsafah perusahaan “aja dumeh” (jangan mentang-mentang) ke semua bidang manajemen. “Saya yakin bahwa perusahaan Indonesia harus ditangani secara kebudayaan Indonesia juga,bukan kebudayaan Jepang, China atau Barat,” jelas Jaya. Jaya bercerita bahwa sebelum memegang jabatan puncak di Jamu Jago, dia terlebih dahulu harus magang di departemen pemasaran.

Dia pertama kali terlibat langsung dalam perusahaan pada tahun 1979, sekembali dari perantauan studi dan bekerja di Jerman. “Saya tidak langsung memimpin. Kemudian secara bertahap naik ke jenjang kepemimpinan direktur pemasaran kemudian direktur utama pada tahun 1982,”cerita Jaya. Selama menegang pucuk pimpinan, dia mengaku tetap menjaga ramuan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun dan teruji sejak 1918.

Selain menjaga ramuan warisan, selama memimpin Jamu Jago, dia juga membuat sejumlah produk dan inovasi baru, di antaranya Buyung-Upik, Basmingin, Esha, dan Purwoceng yang merupakan kreasi baru generasi III yang dengan sendirinya mengandung ramuan kreasi baru.

Menjaga Tradisi Kejayaan Keluarga

Sebagian orang menganggap,meneruskan usaha keluarga adalah pekerjaan mudah.Anggapan itu tidak selalu benar, karena bagi sebagian orang usaha mempertahankan lebih sulit daripada membangun. Tanpa kerja keras, dan strategistrategi perubahan yang baru, perusahaan yang sedang dipimpin akan mengalami kemerosotan. Hal inilah yang dilakukan Direktur Utama PT Java Festival Production (JFP) Dewi Ghonta Sulisto.

Dewi merupakan putri dari Founder & Chairman JFP Peter Frans Ghonta, yang memilih jalur bisnis di bidang yang sama,mengelola dunia hiburan di bidang musik. Dialah penggagas pergelaran pentas musik terbesar di Indonesia, Jakarta International Java Jazz Festival (Java Jazz). Tahun lalu JFP berhasil menggelar tiga event dalam satu tahun.Ketiganya terbilang sukses, publik dibuat terperangah dengan penampilan artis-artis internasional yang bisa datang ke Tanah Air.

Kesuksesan ketiga event ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peran aktif Dewi. Dia memiliki intuisi bisnis yang dipadukan dengan dunia musik,sama seperti ayahnya. Dewi tak memungkiri jika kesuksesan event-event yang selama ini ditanganinya berkat dukungan penuh dari sang ayah, juga tim yang selalu kerja keras dan solid. “Kita tidak lepas dari teamwork. Kalau timnya solid, pasti acara itu sukses,”jelasnya.

Penerus tahta perusahaan keluarga juga diperlihatkan Wulan Tilaar. Wulan memiliki beban berat untuk menjadi generasi kedua yang akan memimpin Martha Tilaar Group (MTG). Terutama, meneruskan prestasi sang ibu yang membuat bisnis keluarga itu menjadi sebuah korporasi raksasa. Wanita cantik ini sekarang lebih sering tampil ke publik mewakili MTG. Wulan adalah sosok perempuan inovatif dan memiliki pergaulan luas.

Dia merupakan wanita yang aktif dan telaten. Sosok generasi penerus bisnis keluarga lain yang tak kalah hebatnya diperlihatkan Fernando Iskandar, generasi ketiga dari bisnis studio foto terkemuka,Tarzan Photo Bridal. Fernando bisa dibilang sebagai pewaris bisnis yang kemudian menjalankannya di bawah nama keluarga dan menggunakan dukungan orang tua untuk investasi baru.

Sebagai pewaris salah satu perusahaan fotografi terbesar di Indonesia, Fernando sejak remaja telah disiapkan untuk menggantikan posisi ayahnya, Jimmy Iskandar,yang merupakan generasi penerus kedua dari studio foto tersebut. Selepas SMA dia dipaksa kuliah di jurusan fotografi di Australia dan Amerika, namun karena jiwanya tidak di bidang ini rencana tersebut pun akhirnya gagal.

Dia pun pada akhirnya memutuskan pulang ke Jakarta dan merintis usaha penggandaan VCD. “Tahun itu adalah perjuangan yang sangat berat. Untuk membesarkan usaha, saya jungkir balik.Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala,” kenang lelaki kelahiran Jakarta,31 tahun lalu.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7494 seconds (0.1#10.140)