Industri perfilman gerakkan ekonomi nasional
A
A
A
Sindonews.com - Industri film dan televisi Indonesia mengklaim memberikan kontribusi sebesar USD845,1 Juta kepada perekonomian negara. Selain itu, industri perfilman dan televeisi di Indonesia mampu menciptakan 191 ribu lapangan pekerjaan.
Berdasarkan sebuah studi yang dilaksanakan oleh lembaga konsultan dan penelitian Oxford Economics, hingga 2010 industri film juga telah menghasilkan pemasukan pajak sebesar USD86,5 juta bagi negara.
"Sebuah industri film dan televisi yang hidup bernilai bagi negara kita baik secara budaya dan ekonomis, hasil studi ini akan memberikan landasan penting untuk mengidentifikasi area-area industri yang berpotensi untuk tumbuh," tutur Produser Sang Penari, Shanty Harmayn, di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu(13/6/2012).
Kontribusi ekonomi industri film dan televisi Indonesia ini juga dipersembahkan oleh Motion Picture Association kepada perwakilan masyarakat perfilman pada saat lokakarya Film MPA ICAD.
Senada, salah Produser Film Indonesia, Mira Lesmana, mengatakan studi ini mengungkapkan bagaimana industri film dan televisi mempengaruhi berbagai jasa dan lapangan kerja yang signifikan diberbagai sektor.
"Industri kami menghasilkan kontribusi secara tidak langsung terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar USD1,23 Juta pada 2010 dan menciptakan 158.900 lapangan pekerjaan," kata Mira.
Sementara itu, dari hasil studi ekonomi perfilman memaparkan, peran potensial industri film dan televisi di Indonesia mampu menjadi penggerak ekonomi. "Indonesia telah sejak lama dikenal sebagai tempat kreativitas dan komunitas perfilmannya memiliki bakat-bakat inovatif yang terus tumbuh," ungkap President and Managing Director MPA Asia Pacific, Mike Ellis.
Berdasarkan studi yang dilaksanakan lembaga konsultan dan penelitian Oxford Economics, dengan mempertimbangkan transaksi langsung, tidak langsung dan yang ditimbulkan, total kontribusi ekonomi Industri film dan televisi terhadap PDB pada 2010 mencapai USD2,98 miliar atau 0,43 persen dari seluruh PDB Nasional.
Meski demikian, hasil studi ini juga menunjukan dengan jelas bahwa Indonesia belum mencapai potensinya untuk memberikan jumlah layar bioskop yang tepat untuk penonton nasional. Hasil studi menyebutkan, hanya ada 675 bioskop layar lebar yang tersedia saat ini untuk melayani 245 juta penduduk Indonesia.
Di Malaysia misalnya pada 2011 sebanyak 639 film layar lebar menghibur 28 juta penduduknya. "Kita ingin melihat lebih banyak film nasional dengan anggaran besar yang ditonton oleh lebih banyak orang Indonesia," kata salah seorang produser film, Chand Parwez.
Berdasarkan sebuah studi yang dilaksanakan oleh lembaga konsultan dan penelitian Oxford Economics, hingga 2010 industri film juga telah menghasilkan pemasukan pajak sebesar USD86,5 juta bagi negara.
"Sebuah industri film dan televisi yang hidup bernilai bagi negara kita baik secara budaya dan ekonomis, hasil studi ini akan memberikan landasan penting untuk mengidentifikasi area-area industri yang berpotensi untuk tumbuh," tutur Produser Sang Penari, Shanty Harmayn, di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu(13/6/2012).
Kontribusi ekonomi industri film dan televisi Indonesia ini juga dipersembahkan oleh Motion Picture Association kepada perwakilan masyarakat perfilman pada saat lokakarya Film MPA ICAD.
Senada, salah Produser Film Indonesia, Mira Lesmana, mengatakan studi ini mengungkapkan bagaimana industri film dan televisi mempengaruhi berbagai jasa dan lapangan kerja yang signifikan diberbagai sektor.
"Industri kami menghasilkan kontribusi secara tidak langsung terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar USD1,23 Juta pada 2010 dan menciptakan 158.900 lapangan pekerjaan," kata Mira.
Sementara itu, dari hasil studi ekonomi perfilman memaparkan, peran potensial industri film dan televisi di Indonesia mampu menjadi penggerak ekonomi. "Indonesia telah sejak lama dikenal sebagai tempat kreativitas dan komunitas perfilmannya memiliki bakat-bakat inovatif yang terus tumbuh," ungkap President and Managing Director MPA Asia Pacific, Mike Ellis.
Berdasarkan studi yang dilaksanakan lembaga konsultan dan penelitian Oxford Economics, dengan mempertimbangkan transaksi langsung, tidak langsung dan yang ditimbulkan, total kontribusi ekonomi Industri film dan televisi terhadap PDB pada 2010 mencapai USD2,98 miliar atau 0,43 persen dari seluruh PDB Nasional.
Meski demikian, hasil studi ini juga menunjukan dengan jelas bahwa Indonesia belum mencapai potensinya untuk memberikan jumlah layar bioskop yang tepat untuk penonton nasional. Hasil studi menyebutkan, hanya ada 675 bioskop layar lebar yang tersedia saat ini untuk melayani 245 juta penduduk Indonesia.
Di Malaysia misalnya pada 2011 sebanyak 639 film layar lebar menghibur 28 juta penduduknya. "Kita ingin melihat lebih banyak film nasional dengan anggaran besar yang ditonton oleh lebih banyak orang Indonesia," kata salah seorang produser film, Chand Parwez.
()