Warga Medan belanja Rp100 T per tahun
A
A
A
Sindonews.com - Warga Kota Medan diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp100 triliun per tahun untuk belanja berbagai kebutuhan. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan produsen lokal sebagai upaya menggerakkan perekonomian daerah maupun nasional.
“Pengeluaran konsumsi (masyarakat) Kota Medan nilainya USD10 miliar per tahun atau kalau dirupiahkan,belanjanya orang Medan saja sudah hampir Rp100 triliun per tahun. Dan,ada atau tidak ada barangnya, masyarakat akan belanja sebesar Rp100 triliun,” ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi di sela-sela Pameran Pangan Nusa dan Produk Dalam Negeri 2012, di Medan, kemarin.
Pameran bertemakan ”Diversifikasi Pangan Nasional” tersebut berlangsung hingga 1 Juli 2012.Selain kabupaten/ kota di Sumut,pameran itu diikuti utusan dari delapan provinsi, yakni Bengkulu, Sumatera Selatan, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Bayu menilai, pasar dan daya beli masyarakat Kota Medan sangat potensial sebagai salah satu penggerak perekonomian.
Dengan jumlah penduduk sekitar tiga juta jiwa dan pendapatan per kapita USD5.000 per tahun, tentu sangat disayangkan jika hanya dimanfaatkan pihak luar. Oleh karena itu,Bayu mengajak seluruh produsen lokal menggali berbagai potensi pasar domestik untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan perekonomian nasional. Apalagi jika dilihat dari kemampuan dan daya beli masyarakat di berbagai daerah terhadap sejumlah kebutuhan rumah tangga.
”Masa potensi besar yang ada di depan mata harus diisi orang lain?”katanya. Khusus untuk Sumut,Bayu meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) membentuk atase perdagangan antar daerah. Ini perlu dilakukan agar peredaran produk impor bisa ditekan, sehingga penggunaan produk lokal bisa dimaksimalkan.Pembentukan atase perdagangan juga dapat mencari peluang pasar bagi pemasaran berbagai komoditas unggulan asal Sumut. Bayu melihat banyak produsen di Tanah Air yang terkesan lupa dengan besarnya potensi pasar dalam negeri.
Untuk itu, ke depan pemerintah akan menggalakkan pemasaran 10 jenis komoditas yang berasal dari produk dalam negeri. Ke-10 komoditas itu,yakni pangan segar, pangan olahan, kuliner, kosmetik,alas kaki,alat rumah tangga, pakaian, tekstil, perabot, serta jamu dan produk herbal. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Johan Brien mengatakan, belanja warga Medan yang mencapai Rp100 triliun merupakan dana yang cukup besar.
Sangat disayangkan jika belanja besar itu beralih ke produk impor. Karena itu, Johan berharap agar pelaku usaha menciptakan produk dalam negeri yang dapat bersaing dengan produk luar negeri. “Minimal kualitasnya setara dengan luar negeri. Selain itu, kita juga harus melihat bahwa harganya juga bisa bersaing dengan produk luar negeri,” tuturnya
Di tempat terpisah,Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) meminta pengusaha proaktif melaporkan produk impor yang merugikan,menyusul kian membanjirnya barang luar negeri ke pasar domestik, khususnya produk asal China.
”Ini perlunya perhatian serius, karena barang impor yang banyak masuk itu bisa merugikan pengusaha/produsen serupa dalam negeri.Apalagi produk impor itu dijual lebih murah dari barang lokal sehingga menjadi daya tarik kuat bagi konsumen,” kata Wakil Ketua KPPI Taufik Mappaenre,di Medan,kemarin.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadi)n Sumut Irfan Mutyara mengakui Sumut sudah kewalahan menghadapi banyaknya barang impor saat ini, terutama yang masuk secara ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan. Untuk itu,perlu tindakan serius dan pemerintah diminta jangan terlalu mempermudah pemberian SNI untuk produk impor. ”Pemerintah harus lebih tegas melindungi pengusaha dalam negeri,karena negara lain sudah lama melakukan pengamanan atas produk lokalnya,”katanya.
Irfan sepakat bahwa perdagangan bebas di satu sisi memang menimbulkan dampak positif, seperti menaikkan daya saing. Tetapi jika tidak bisa bersaing dan tidak dilindungi pemerintah, maka pengusaha akan kehilangan pasar dan itu jelas merugikan perekonomian bangsa.
“Pengeluaran konsumsi (masyarakat) Kota Medan nilainya USD10 miliar per tahun atau kalau dirupiahkan,belanjanya orang Medan saja sudah hampir Rp100 triliun per tahun. Dan,ada atau tidak ada barangnya, masyarakat akan belanja sebesar Rp100 triliun,” ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi di sela-sela Pameran Pangan Nusa dan Produk Dalam Negeri 2012, di Medan, kemarin.
Pameran bertemakan ”Diversifikasi Pangan Nasional” tersebut berlangsung hingga 1 Juli 2012.Selain kabupaten/ kota di Sumut,pameran itu diikuti utusan dari delapan provinsi, yakni Bengkulu, Sumatera Selatan, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Bayu menilai, pasar dan daya beli masyarakat Kota Medan sangat potensial sebagai salah satu penggerak perekonomian.
Dengan jumlah penduduk sekitar tiga juta jiwa dan pendapatan per kapita USD5.000 per tahun, tentu sangat disayangkan jika hanya dimanfaatkan pihak luar. Oleh karena itu,Bayu mengajak seluruh produsen lokal menggali berbagai potensi pasar domestik untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan perekonomian nasional. Apalagi jika dilihat dari kemampuan dan daya beli masyarakat di berbagai daerah terhadap sejumlah kebutuhan rumah tangga.
”Masa potensi besar yang ada di depan mata harus diisi orang lain?”katanya. Khusus untuk Sumut,Bayu meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) membentuk atase perdagangan antar daerah. Ini perlu dilakukan agar peredaran produk impor bisa ditekan, sehingga penggunaan produk lokal bisa dimaksimalkan.Pembentukan atase perdagangan juga dapat mencari peluang pasar bagi pemasaran berbagai komoditas unggulan asal Sumut. Bayu melihat banyak produsen di Tanah Air yang terkesan lupa dengan besarnya potensi pasar dalam negeri.
Untuk itu, ke depan pemerintah akan menggalakkan pemasaran 10 jenis komoditas yang berasal dari produk dalam negeri. Ke-10 komoditas itu,yakni pangan segar, pangan olahan, kuliner, kosmetik,alas kaki,alat rumah tangga, pakaian, tekstil, perabot, serta jamu dan produk herbal. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Johan Brien mengatakan, belanja warga Medan yang mencapai Rp100 triliun merupakan dana yang cukup besar.
Sangat disayangkan jika belanja besar itu beralih ke produk impor. Karena itu, Johan berharap agar pelaku usaha menciptakan produk dalam negeri yang dapat bersaing dengan produk luar negeri. “Minimal kualitasnya setara dengan luar negeri. Selain itu, kita juga harus melihat bahwa harganya juga bisa bersaing dengan produk luar negeri,” tuturnya
Di tempat terpisah,Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) meminta pengusaha proaktif melaporkan produk impor yang merugikan,menyusul kian membanjirnya barang luar negeri ke pasar domestik, khususnya produk asal China.
”Ini perlunya perhatian serius, karena barang impor yang banyak masuk itu bisa merugikan pengusaha/produsen serupa dalam negeri.Apalagi produk impor itu dijual lebih murah dari barang lokal sehingga menjadi daya tarik kuat bagi konsumen,” kata Wakil Ketua KPPI Taufik Mappaenre,di Medan,kemarin.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadi)n Sumut Irfan Mutyara mengakui Sumut sudah kewalahan menghadapi banyaknya barang impor saat ini, terutama yang masuk secara ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan. Untuk itu,perlu tindakan serius dan pemerintah diminta jangan terlalu mempermudah pemberian SNI untuk produk impor. ”Pemerintah harus lebih tegas melindungi pengusaha dalam negeri,karena negara lain sudah lama melakukan pengamanan atas produk lokalnya,”katanya.
Irfan sepakat bahwa perdagangan bebas di satu sisi memang menimbulkan dampak positif, seperti menaikkan daya saing. Tetapi jika tidak bisa bersaing dan tidak dilindungi pemerintah, maka pengusaha akan kehilangan pasar dan itu jelas merugikan perekonomian bangsa.
(and)