Aplikasi Belanja Pasar Tradisional Kian Diminati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asep Safroni, 36, gundah ketika aneka bumbu giling dan rempah yang dijualnya di Pasar Cipanas, Kabupaten Cianjur, terus menurun. Maklum saja, kini dia harus bersaing tidak hanya dengan ritel modern yang menjamur di mana-mana, tetapi juga berkompetisi dengan platform digital seperti lokapasar dan platform penjualan online lainnya.
Roni, sapaan akrab Safroni, mengakui selain faktor persaingan tadi ada juga tantangan yang dihadapinya. Tempat berjualannya di basement paling bawah, membuat lalu lintas calon pembeli tak sebanyak di lantai atasnya.
Melihat kondisi yang ada, Roni memutar otak dengan mempromosikan barang jualan di media sosial (medsos), seperti facebook, serta menyebarkan pesan digital melalui WhatsApp ke grup-grup yang ia ikuti. “Saya tawarin ke teman-teman, ada respons dari mereka,” ujarnya kepada Koran SINDO, Kamis (11/2).
Cara seperti itu lumayan menambah pemasukannya. Tak disangka, pandemi Covid-19 kembali memukul usahanya. Berjualan di los tak bisa diandalkan lagi karena ada pembatasan kunjungan ke pasar. Beruntung dia mendapat informasi bahwa Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Cianjur memberikan pelatihan untuk penjualan melalui Whatsapp.
Melalui program Pasar JuWara yang dikutinya, pembeli bisa mengontak langsung penjual dan memesan barang yang akan dibeli. Kemudian penjual akan mengirimnya, menggunakan ojek online (ojol). Untuk jarak dekat, Roni biasanya memberdayakan para kuli panggul yang mempunyai sepeda motor untuk mengirim barang.
Apa yang dialami Roni, tak jauh berbeda dengan yang terjadi pada kalangan ibu-ibu rumah tangga. Sejak pandemi, interaksi dengan para pedagang di pasar berkurang drastis meski kini mulai ramai lagi. Namun, kemunculan varian baru Omicron lagi-lagi mengurangi aktivitas jual beli secara langsung di pasar tradisional.
Salah satunya diakui oleh Fanny Fardhani (31) yang kini jarang berbelanja secara langsung ke pasar maupun ritel modern. Dia lebih banyak memanfaatkan aplikasi belanja seperti online khusus sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi seluruh kebutuhan sehari-hari.
Alasannya Fanny cukup sederhana, sebagai ibu baru dia enggan membawa anaknya yang masih di bawah tiga tahun ke supermarket untuk sekadar belanja. Dia pun beralih menggunakan aplikasi belanja online sebulan sekali di Happy Fresh, Sayur Box atau TaniHun.
“Malas keluar juga, karena kalau sudah keluar agak repot saat pulang harus mandi beres-beres disteril semua barang yang dibawa. Saya tidak dapat keluar kalau anak tidak dibawa, tapi masih belum siap juga untuk belanja bawa anak,” ungkapnya.
Roni, sapaan akrab Safroni, mengakui selain faktor persaingan tadi ada juga tantangan yang dihadapinya. Tempat berjualannya di basement paling bawah, membuat lalu lintas calon pembeli tak sebanyak di lantai atasnya.
Melihat kondisi yang ada, Roni memutar otak dengan mempromosikan barang jualan di media sosial (medsos), seperti facebook, serta menyebarkan pesan digital melalui WhatsApp ke grup-grup yang ia ikuti. “Saya tawarin ke teman-teman, ada respons dari mereka,” ujarnya kepada Koran SINDO, Kamis (11/2).
Cara seperti itu lumayan menambah pemasukannya. Tak disangka, pandemi Covid-19 kembali memukul usahanya. Berjualan di los tak bisa diandalkan lagi karena ada pembatasan kunjungan ke pasar. Beruntung dia mendapat informasi bahwa Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Cianjur memberikan pelatihan untuk penjualan melalui Whatsapp.
Melalui program Pasar JuWara yang dikutinya, pembeli bisa mengontak langsung penjual dan memesan barang yang akan dibeli. Kemudian penjual akan mengirimnya, menggunakan ojek online (ojol). Untuk jarak dekat, Roni biasanya memberdayakan para kuli panggul yang mempunyai sepeda motor untuk mengirim barang.
Apa yang dialami Roni, tak jauh berbeda dengan yang terjadi pada kalangan ibu-ibu rumah tangga. Sejak pandemi, interaksi dengan para pedagang di pasar berkurang drastis meski kini mulai ramai lagi. Namun, kemunculan varian baru Omicron lagi-lagi mengurangi aktivitas jual beli secara langsung di pasar tradisional.
Salah satunya diakui oleh Fanny Fardhani (31) yang kini jarang berbelanja secara langsung ke pasar maupun ritel modern. Dia lebih banyak memanfaatkan aplikasi belanja seperti online khusus sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi seluruh kebutuhan sehari-hari.
Alasannya Fanny cukup sederhana, sebagai ibu baru dia enggan membawa anaknya yang masih di bawah tiga tahun ke supermarket untuk sekadar belanja. Dia pun beralih menggunakan aplikasi belanja online sebulan sekali di Happy Fresh, Sayur Box atau TaniHun.
“Malas keluar juga, karena kalau sudah keluar agak repot saat pulang harus mandi beres-beres disteril semua barang yang dibawa. Saya tidak dapat keluar kalau anak tidak dibawa, tapi masih belum siap juga untuk belanja bawa anak,” ungkapnya.