Pemangkasan ekspor gagal naikkan harga karet

Rabu, 31 Oktober 2012 - 13:16 WIB
Pemangkasan ekspor gagal naikkan harga karet
Pemangkasan ekspor gagal naikkan harga karet
A A A
Sindonews.com - Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mengaku kesepakatan negara-negara produsen karet memangkas volume karet ke pasar internasional sejak 1 Oktober 2012 lalu, gagal mendongkrak harga karet kembali ke posisi yang diharapkan. Pasalnya, hingga saat ini harga karet di pasar internasional belum naik secara signifikan.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edi Irwansyah mengatakan, pascakesepakatan yang dibuat dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand, harga karet jenis TSR20 masih berada di kisaran USD2,8 per kilogram (kg). Meski sempat naik mencapai USD3,4 per kg pada awal Oktober lalu, namun kembali turun. Begitu pula dengan karet jenis RSS3 yang hanya dihargai USD3 per kg.

Penurunan harga karet tipe TSR20 dan RSS3 ini, seiring dengan penurunan harga jual bahan olahan karet (bokar). Dimana harga bokar sebelumnya sempat mencapai Rp25 ribu–Rp27 ribu per kg, saat ini hanya tinggal Rp22.800-Rp24.800 per kg.

"Memang sempat ada harapan positif di awal kesepakatan ITRC di Bandung terealisasi. Ya seperti saya katakan sebelumnya, jika kesepakatan ini diambil karena harga jual karet yang sudah di luar batas psikologis kita sebagai produsen. Tapi bagaimana pun mekanisme harga ditentukan oleh pasar. Dan saat ini masih berfluktuatif dengan tren yang justru menurun," jelasnya di Medan, Rabu (31/10/2012).

Edi menambahkan, pemangkasan ekspor yang disepakati berdasarkan besaran proporsi karet tiap-tiap perusahaan. Sehingga perbedaan di antara perusahaan di tiap-tiap negara tentunya membuat pemberlakuan pembatasan ekspor dilakukan pada angka yang sama. "Kalau itu yang dituding sebagai penyebabnya, ya mungkin saja," katanya.

"Tapi memang tidak mungkin kita menyamaratakan pembatasan volume ekspor. Tidak sejauh itu. Kita hanya menyepakati besaran pemangkasannya saja. Tapi secara teknis itu kan berhubungan erat dengan bisnis di masing-masing peruasahaan. Tapi saya pikir semua punya kepentingan untuk mendongkrak harga,” tambah dia.

Sementara itu, Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia mengatakan, masih anjloknya harga jual karet di pasar global lebih disebabkan mekanisme pasar. Krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat membuat transaksi pembelian menjadi lesu.

"Berbeda dengan pembatasan yang dilakukan pada 2010 lalu. Dimana waktu itu belum ada gangguan krisis yang seperti sekarang ini. Kalau sekarang dibatasi di tengah permintaan yang memang menurun, ya jadi enggak efektif juga. Ini juga yang dikatakan dengan dampak sistemik krisis global itu," tukas dia.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5661 seconds (0.1#10.140)