Kementan usulkan subsidi silang untuk kedelai
A
A
A
Sindonews.com - Demi menghindari semakin membengkaknya anggaran subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Kementerian Pertanian (Kementan) mengusulkan rancangan pengaturan Harga Pokok Pembelian (HPP) yang tidak membebani keuangan negara.
Dalam rancangannya ini, Kementan ingin melakukan subsidi silang antara harga jual kedelai impor dan harga pembelian kedelai dari petani lokal.
"Kalau harga dunia kedelai murah, lalu HPP di atas harga kedelai dunia, berarti ada subsidi yang diberikan kepada petani kedelai," terang Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (4/1/2013).
Sebagai contoh, Rusman memaparkan, seandainya harga kedelai dunia Rp7 ribu per kg, Bulog akan membelinya dengan HPP Rp6 ribu per kg dari petani, artinya ada keuntungan Rp1.000 per kg. Nantinya, keuntungan ini akan digunakan untuk mensubsidi harga jual kedelai kepada pengrajin tahu tempe sehingga mereka bisa membeli kedelai dengan harga hanya Rp6 ribu per kg.
"Katakan (harga dunia) Rp7.000/kg, kemudian dibeli dari petani Rp6.000, berarti kan ada gap. Nanti, pengrajin tahu tempe membelinya dengan harga Rp6.000. Itu kan ada cross, kalau seperti itu kan tidak perlu anggaran negara karena keuntungan yang diperoleh Bulog," jelasnya.
Namun, dirinya mengakui bahwa rencana ini hanya bisa dijalankan ketika harga kedelai dunia rendah. "Tergantung pada posisi harga. Katakanlah harga dunia," imbuhnya.
Karena itu, dirinya menggarisbawahi bahwa penetapan HPP ini masih dikaji terus agar tidak membebani APBN. "Tapi apa bisa seperti itu terus? Nanti kalau harga kedelai dunia meningkat tajam, baru masalah anggaran. Itulah yang sekarang masih dikaji," tandas Rusman.
Dalam rancangannya ini, Kementan ingin melakukan subsidi silang antara harga jual kedelai impor dan harga pembelian kedelai dari petani lokal.
"Kalau harga dunia kedelai murah, lalu HPP di atas harga kedelai dunia, berarti ada subsidi yang diberikan kepada petani kedelai," terang Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (4/1/2013).
Sebagai contoh, Rusman memaparkan, seandainya harga kedelai dunia Rp7 ribu per kg, Bulog akan membelinya dengan HPP Rp6 ribu per kg dari petani, artinya ada keuntungan Rp1.000 per kg. Nantinya, keuntungan ini akan digunakan untuk mensubsidi harga jual kedelai kepada pengrajin tahu tempe sehingga mereka bisa membeli kedelai dengan harga hanya Rp6 ribu per kg.
"Katakan (harga dunia) Rp7.000/kg, kemudian dibeli dari petani Rp6.000, berarti kan ada gap. Nanti, pengrajin tahu tempe membelinya dengan harga Rp6.000. Itu kan ada cross, kalau seperti itu kan tidak perlu anggaran negara karena keuntungan yang diperoleh Bulog," jelasnya.
Namun, dirinya mengakui bahwa rencana ini hanya bisa dijalankan ketika harga kedelai dunia rendah. "Tergantung pada posisi harga. Katakanlah harga dunia," imbuhnya.
Karena itu, dirinya menggarisbawahi bahwa penetapan HPP ini masih dikaji terus agar tidak membebani APBN. "Tapi apa bisa seperti itu terus? Nanti kalau harga kedelai dunia meningkat tajam, baru masalah anggaran. Itulah yang sekarang masih dikaji," tandas Rusman.
(gpr)