Tarif listrik bebani 20% pengeluaran hotel
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar mengatakan, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dipastikan akan berdampak terhadap bisnis perhotelan di daerahnya. Pengaruh yang paling dirasakan adalah kenaikan biaya operasional.
Herman menjelaskan, listrik merupakan salah satu komponen terbesar pada biaya operasional perhotelan. TDL berkontribusi sekitar 20% dari total pengeluaran rutin usaha jasa perhotelan.
“Listrik menyumbang pengeluaran hotel cukup besar. Listrik digunakan untuk pencahayaan, pendingin ruangan, dan masih banyak lainnya," ujar Herman, Jumat (11/1/2013).
Kenaikan tersebut, membuat pelaku usaha hotel harus mengeluarkan biaya lebih besar dari biasanya. Tetapi, pihaknya tidak bisa menutupi kenaikan biaya itu dengan cara menaikan tarif kamar hotel.
Menurut Herman, kenaikan tarif hotel akan memberatkan daya saing. Padahal, persaingan bisnis perhotelan di Jabar sangat ketat akibat tingginya pertumbuhan hotel baru.
Diketahui, jumlah hotel di Jabar saat ini mencapai 1.560 hotel dengan kategori hotel melati dan hotel berbintang. Dari jumlah tersebut, rata-rata okupansi hotel hanya sekitar 35-40%.
Di kota Bandung, kata Arif, persaingan bisnis perhotelan sudah cukup ketat. Total dari seluruh hotel di sana tercatat memiliki 16.000 kamar.
“Upaya yang kami lakukan, yaitu melakukan penghematan listrik. Dengan begitu, biaya operasional bisa ditekan,” tandasnya.
Herman menjelaskan, listrik merupakan salah satu komponen terbesar pada biaya operasional perhotelan. TDL berkontribusi sekitar 20% dari total pengeluaran rutin usaha jasa perhotelan.
“Listrik menyumbang pengeluaran hotel cukup besar. Listrik digunakan untuk pencahayaan, pendingin ruangan, dan masih banyak lainnya," ujar Herman, Jumat (11/1/2013).
Kenaikan tersebut, membuat pelaku usaha hotel harus mengeluarkan biaya lebih besar dari biasanya. Tetapi, pihaknya tidak bisa menutupi kenaikan biaya itu dengan cara menaikan tarif kamar hotel.
Menurut Herman, kenaikan tarif hotel akan memberatkan daya saing. Padahal, persaingan bisnis perhotelan di Jabar sangat ketat akibat tingginya pertumbuhan hotel baru.
Diketahui, jumlah hotel di Jabar saat ini mencapai 1.560 hotel dengan kategori hotel melati dan hotel berbintang. Dari jumlah tersebut, rata-rata okupansi hotel hanya sekitar 35-40%.
Di kota Bandung, kata Arif, persaingan bisnis perhotelan sudah cukup ketat. Total dari seluruh hotel di sana tercatat memiliki 16.000 kamar.
“Upaya yang kami lakukan, yaitu melakukan penghematan listrik. Dengan begitu, biaya operasional bisa ditekan,” tandasnya.
(dmd)