REI yakin pasar properti DIY tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Pertumbuhan properti di Kota Yogyakarta terus menunjukkan arah positif. Permintaan hunian belum sebanding dengan kebutuhan masyarakat, khususnya rumah tapak sederhana (RTS) bagi warga miskin. Pasar banyak menginginkan perumahan kelas menengah.
Dewan Pimpinan Daerah Real Estate Indonesia (DPD REI) DIY, Remigus Edi Waluyo menjelaskan, pada 2012 properti di DIY tumbuh 10-20 persen. Banyak pengembang lokal maupun nasional menanamkan investasi di DIY.
Menurut Remigus, tidak hanya rumah hunian, namun kondominium hotel (kondotel) dan apartemen banyak yang muncul. Tren semacam ini masih tahun ini.
“Kemungkinan pertumbuhannya sama dengan 2012 lalu,” kata Ketua Remigius, senin, 14/1/2013).
Tren pertumbuhan pada 2013, lanjut Remigus, tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang akan menerapkan redenominasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap pasar asset baik perumahan maupun mata uang asing.
Remigus menuturkan, kebijakan pemerintah menaikkan uang muka (DP) perumahan tidak banyak berpengaruh terhadap penjualan rumah, apalagi tipe rumah sedang, real estate maupun kondotel. Pengaruh hanya akan terasa untuk tipe kecil di bawah tipe 70.
Landed house atau yang rumah menempel tanah masih jadi incaran pembeli. Sedangkan model rumah susun atau apartemen masih kurang diminati. Tetapi kondotel menjadi tren bisnis baru untuk investasi. “Pasar kondotel cukup bagus, kebanyakan untuk investasi,” katanya.
Saat ini pasar di Yogyakarta, kata dia, paling banyak tipe menengah dengan harga antara Rp150 juta sampai Rp500 juta. Tipe kecil untuk RTS, kerap terkendala harga tanah. Beberapa pengembang terus membanghun di wilayah Bantul. Sedangkan untuk rumah mewah, sudah ada pasar khusus yang tidak bisa tergantikan.
Dewan Pimpinan Daerah Real Estate Indonesia (DPD REI) DIY, Remigus Edi Waluyo menjelaskan, pada 2012 properti di DIY tumbuh 10-20 persen. Banyak pengembang lokal maupun nasional menanamkan investasi di DIY.
Menurut Remigus, tidak hanya rumah hunian, namun kondominium hotel (kondotel) dan apartemen banyak yang muncul. Tren semacam ini masih tahun ini.
“Kemungkinan pertumbuhannya sama dengan 2012 lalu,” kata Ketua Remigius, senin, 14/1/2013).
Tren pertumbuhan pada 2013, lanjut Remigus, tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang akan menerapkan redenominasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap pasar asset baik perumahan maupun mata uang asing.
Remigus menuturkan, kebijakan pemerintah menaikkan uang muka (DP) perumahan tidak banyak berpengaruh terhadap penjualan rumah, apalagi tipe rumah sedang, real estate maupun kondotel. Pengaruh hanya akan terasa untuk tipe kecil di bawah tipe 70.
Landed house atau yang rumah menempel tanah masih jadi incaran pembeli. Sedangkan model rumah susun atau apartemen masih kurang diminati. Tetapi kondotel menjadi tren bisnis baru untuk investasi. “Pasar kondotel cukup bagus, kebanyakan untuk investasi,” katanya.
Saat ini pasar di Yogyakarta, kata dia, paling banyak tipe menengah dengan harga antara Rp150 juta sampai Rp500 juta. Tipe kecil untuk RTS, kerap terkendala harga tanah. Beberapa pengembang terus membanghun di wilayah Bantul. Sedangkan untuk rumah mewah, sudah ada pasar khusus yang tidak bisa tergantikan.
(dmd)