Pelemahan rupiah picu asing tarik investasi

Selasa, 15 Januari 2013 - 18:16 WIB
Pelemahan rupiah picu asing tarik investasi
Pelemahan rupiah picu asing tarik investasi
A A A
Sindonews.com - Semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dolar memberi dampak pada iklim investasi. Salah satunya terlihat dari aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi Tanah Air.

"Pasti ada pengaruh. Kalau misalnya kita lihat selama ini, naiknya rate kurs rupiah/USD pasti akan men-triger (memicu) untuk adanya outflow (dana keluar/penarikan investasi) dari asing," terang Debt and Capital Market PT Trimegah Securities, Soni Pande di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (15/1/2013).

Penarikan dana asing tersebut, kata Soni, dikarenakan adanya asumsi kerugian akibat melemahnya kurs rupiah terhadap US dolar.

Menurut dia, pada umumnya, investor asing menanamkan dananya di Indonesia saat rupiah berada di level Rp9.100-9.200 per USD. Sehingga, adanya pelemahan kurs mengakibatkan adanya asumsi dana yang hilang dan mengakibatkan investor tersebut harus menarik dana mereka sebagai upaya menyelamatkan asetnya.

"Sebenarnya average itu mereka masuk antara Rp9.100-9.200. Itu average ketika mereka masuk ke Indonesia dulu. Kalau kursnya itu naik sampai Rp10.000, otomatis ada kerugian di kurs itu yang harus dijaga sebenarnya oleh Bank Indonesia (BI). Jangan sampai outflow terjadi terus," tegas Soni.

Sebelumnya, pengamat valuta asing (Valas) dari PT Samuel Sacurities, Lana Seolistianingsih memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berada pada level Rp9.800-9.900 per USD pada beberapa pekan kedepan.

Perbaikan kondisi rupiah ini, dipandangnya tidak akan terjadi dalam waktu singkat bila BI tidak segera mengambil langkah antisipatif dengan melakukan intervensi terhadap rupiah.

Selain itu, devisitnya neraca perdagangan juga turut menyumbang pelemahan yang terjadi, bahkan rupiah hampir tidak punya kekuatan untuk berbalik arah dan memperbaiki kondisinya.

"Neraca perdagangan devisit semakin dalam. Selain itu, permintaan dolar juga semakin tinggi mengingat kinerja ekspor yang menurun sementara impor masih tercatat cukup tinggi," ujar Soni.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7532 seconds (0.1#10.140)