Solidaritas yang menciptakan persatuan

Selasa, 22 Januari 2013 - 10:31 WIB
Solidaritas yang menciptakan persatuan
Solidaritas yang menciptakan persatuan
A A A
Bila kita berbuat baik terhadap mereka yang baik mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Namun, bagaimana halnya dengan kita berbuat baik kepada mereka yang selama ini kurang baik kepada kita? Sungguh sangat mulia.

Itulah sebagian makna kehidupan yang diperoleh dari bencana banjir yang melanda Ibu Kota beberapa hari yang lalu. Tanpa terkecuali, setiap lapisan masyarakat mulai dari berbagai umur, profesi dan tingkatan sosial saling bahu membahu membantu mereka yang terkena dampak bencana. Bahkan di sejumlah titik bencana, terlihat bahwa ada banyak masyarakat yang dengan ikhlas menolong kaum berkelas sosial di atas mereka.

Dimensi perbedaan yang selama ini ada secara otomatis tersisihkan oleh naluri kemanusiaan anak bangsa. “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Inilah semangat yang senantiasa dijunjung tinggi demi terciptanya solusi terbaik bagi setiap kalangan. Sungguh sebuah semangat yang harus diapresiasi tinggi oleh semua pihak. Bila dicermati dari konteks manajemen organisasi, solidaritas yang menciptakan satu gerakan positif harus diakui lebih mudah tercipta bila setiap individu berada dalam kondisi terbawah di dalam siklus kehidupannya.

Tidak hanya dalam konteks kehidupan sosial, di dalam perusahaan pun, solidaritas ini secara otomatis tercipta bila terdapat kesamaan rasa dan kepentingan. Namun tidak demikian halnya bila pada suatu waktu tertentu kesamaan rasa itu mulai luntur. Masing-masing individu akan bergeser untuk mulai memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Sehingga kini tantangannya adalah bagaimana manajemen (baca: pengelola baik dalam tataran organisasi maupun negara) mampu menumbuhkembangkan rasa solidaritas pascabencana.

Ada banyak alternatif yang dapat dilakukan. Salah satu di antaranya dengan menciptakan keterkaitan antara kepentingan individu dengan masyarakat. Berbicara tentang solidaritas memang tak dapat dilepaskan dari cara pandang dan nilai-nilai luhur yang dianut oleh masing-masing individu. Pandangan trade off antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama turut menentukan bentuk solidaritas yang akan tercipta.

Namun sebenarnya, apapun cara pandangnya, ketika kepentingan bersama terinisiasi dari setiap kebutuhan individu, maka semua orang akan bergerak ke arah yang sama. Sepintas jika konsep tersebut dibawa dalam ranah kehidupan perusahaan akan timbul pertanyaan, bagaimana mungkin menempatkan kepentingan individu dan kelompok pada satu dimensi kebersamaan? Realitas di lapangan harus diakui memang belum mencerminkan hal tersebut.

Demonstrasi buruh yang mengusung tema kenaikan kesejahteraan setidaknya menunjukkan belum adanya keterkaitan di antara kedua kepentingan tersebut. Artinya masih ditemukan ketimpangan di salah satu sisinya. Kondisi tersebut pada dasarnya sangat bertentangan dengan semangat kebangsaan yang telah menjadikan kemerdekaan bagi anak negeri. Selama ini tacit knowledge anak Bangsa sudah diwarnai dengan kemampuan melihat kepentingan bersama dengan mengesampingkan dimensi individual.

Jiwa gotong royong dan tenggang rasa yang sudah ada seharusnya mampu menggantikan cara pandang profit individual. Bencana telah mengingatkan kita untuk kembali pada nilai-nilai dasar Bangsa. Demikian pula halnya dalam konteks ekonomi dan bisnis. Pascabencana, seyogianya masing-masing pihak dapat mulai bergerak menuju terwujudnya satu kepentingan, yakni kesejahteraan bersama berdasarkan prinsip keadilan sosial.

Pemahaman ketika masyarakat sejahtera, maka perusahaan pun akan sejahtera hendaknya menjadi semangat bagi dinamisasi perekonomian di Tanah Air. Selanjutnya paradigma ini pulalah yang akan menjadi penyaring bagi aktivitas investasi asing di dalam negeri. Mereka yang datang dengan semangat membangun Indonesia secara alami akan mampu menggusur entitas bisnis yang hanya sekedar mengeruk kekayaan Nusantara.

Akhirnya, solidaritas anak negeri mutlak diperlukan bagi penyatuan gerakan ekonomi nasional demi hari depan Indonesia yang lebih sejahtera. Selamat berefleksi, sukses menyertai Anda!

ARIES HERU PRASETYO
Ketua Program Sarjana PPM School of Management ahp@ppm-manajemen.ac.id
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6703 seconds (0.1#10.140)