50 persen dana DHE tersimpan di luar negeri
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Pahala N Mansury menerangkan, setidaknya, dana masyarakat yang bersumber dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) sekitar 50 persennya masih disimpan di luar negeri. Sehingga perlu ada suatu kebijakan yang mendukung usaha menarik dana asing tersebut ke dalam negeri.
Kurangnya instrumen penyimpanan dana yang tersedia di bank-bank Indonesia, menyebabkan sebagian dana masyarakat justru tersebar ke bank-bank luar negeri. Padahal, total simpanan masyarakat Indonesia saat ini diproyeksi sudah mencapai USD150 miliar.
"Kita perlu menarik dana-dana dari luar. Karena salah satu tantangan bagi perbankan Indonesia adalah modalnya tersebut (karena dana masyarakat banyak disimpan di bank luar). Sampai saat ini rasio pinjaman dan dana pihak ketiga sudah mencapai di angka 85 persen," terang Pahala di Hotel Le Meriden, Jakarta, Selasa (29/1/2013).
Pahala mangatakan, jika dana masyarakat yang ada di luar negeri tersebut bisa ditarik ke dalam negeri, tentu dengan penyediaan instrumen yang memadai, maka dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber permodalan perbankan tanah air.
"Bank Indonesia (BI) sudah membuat kebijakan agar Devisa Hasil Ekspor (DHE) disimpan dalam negeri. Angka 50 persen DHE masih disimpan di luar negeri," sambung dia.
Dirinya menjelaskan, kebutuhan pinjaman masyarakat saat ini tumbuh sangat pesat sehingga mendorong perbankan Indonesia untuk menyediakan modal yang lebih besar.
"Pertumbuhan kredit perbankan Indonesia sudah ada di tingkat 22-24 persen per tahunnya. Sedangkan untuk pertumbuhan dana pihak ketiga hanya sekitar 15 persen per tahun. Dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, LDR perbankan bisa mencapai sekitar 100 persen. Itu artinya, perbankan memerlukan dukungan permodalan yang lebih besar," tegas dia.
Kurangnya instrumen penyimpanan dana yang tersedia di bank-bank Indonesia, menyebabkan sebagian dana masyarakat justru tersebar ke bank-bank luar negeri. Padahal, total simpanan masyarakat Indonesia saat ini diproyeksi sudah mencapai USD150 miliar.
"Kita perlu menarik dana-dana dari luar. Karena salah satu tantangan bagi perbankan Indonesia adalah modalnya tersebut (karena dana masyarakat banyak disimpan di bank luar). Sampai saat ini rasio pinjaman dan dana pihak ketiga sudah mencapai di angka 85 persen," terang Pahala di Hotel Le Meriden, Jakarta, Selasa (29/1/2013).
Pahala mangatakan, jika dana masyarakat yang ada di luar negeri tersebut bisa ditarik ke dalam negeri, tentu dengan penyediaan instrumen yang memadai, maka dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber permodalan perbankan tanah air.
"Bank Indonesia (BI) sudah membuat kebijakan agar Devisa Hasil Ekspor (DHE) disimpan dalam negeri. Angka 50 persen DHE masih disimpan di luar negeri," sambung dia.
Dirinya menjelaskan, kebutuhan pinjaman masyarakat saat ini tumbuh sangat pesat sehingga mendorong perbankan Indonesia untuk menyediakan modal yang lebih besar.
"Pertumbuhan kredit perbankan Indonesia sudah ada di tingkat 22-24 persen per tahunnya. Sedangkan untuk pertumbuhan dana pihak ketiga hanya sekitar 15 persen per tahun. Dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, LDR perbankan bisa mencapai sekitar 100 persen. Itu artinya, perbankan memerlukan dukungan permodalan yang lebih besar," tegas dia.
(gpr)