Kemendag minta 2 juta ton CPO untuk biofuel
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta produsen CPO (Crude Palm Oil/minyak sawit) di dalam negeri mengalokasikan sebanyak 2 juta ton CPO untuk produksi biofuel.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, bila ini bisa dilakukan, ketergantungan pada minyak bumi bisa dikurangi sehingga defisit neraca perdagangan bisa ditekan. Selain itu, ada nilai tambah yang didapat dari pengolahan CPO menjadi biofuel.
"Kalau kita bisa mengalokasikan 2 juta ton CPO untuk masuk ke dalam bahan bakar, kita dapat dua manfaat. Pertama mengurangi impor minyak bakar, dan mengangkat harga," jelas Bayu dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (4/2/2013).
Bayu menambahkan, biaya energi dari penggunaan biofuel lebih efisien ketimbang biaya energi dari minyak bumi. Karena itu, pihaknya mendukung penuh pengembangan biofuel. "Harga CPO dibanding minyak bakar yang digunakan industri sangat kompetitif," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Suswono mendorong peningkatan ekspor produk olahan CPO dalam bentuk biofuel sehubungan dengan semakin ketat dan tertutupnya pasar CPO mentah akibat isu kerusakan lingkungan dan kebijakan proteksi di berbagai negara. "Kalau pasar (CPO) tidak terbuka, nanti kita akan alihkan untuk biofuel," ucap Suswono belum lama ini.
Sebagai informasi, pada 2012 lalu Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan hingga USD1,6 miliar. Defisit ini dipicu oleh meningkatnya defisit perdagangan migas yang mencapai USD5,6 miliar. Sementara, perdagangan di sektor non migas mengalami surplus USD4 miliar.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, bila ini bisa dilakukan, ketergantungan pada minyak bumi bisa dikurangi sehingga defisit neraca perdagangan bisa ditekan. Selain itu, ada nilai tambah yang didapat dari pengolahan CPO menjadi biofuel.
"Kalau kita bisa mengalokasikan 2 juta ton CPO untuk masuk ke dalam bahan bakar, kita dapat dua manfaat. Pertama mengurangi impor minyak bakar, dan mengangkat harga," jelas Bayu dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (4/2/2013).
Bayu menambahkan, biaya energi dari penggunaan biofuel lebih efisien ketimbang biaya energi dari minyak bumi. Karena itu, pihaknya mendukung penuh pengembangan biofuel. "Harga CPO dibanding minyak bakar yang digunakan industri sangat kompetitif," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Suswono mendorong peningkatan ekspor produk olahan CPO dalam bentuk biofuel sehubungan dengan semakin ketat dan tertutupnya pasar CPO mentah akibat isu kerusakan lingkungan dan kebijakan proteksi di berbagai negara. "Kalau pasar (CPO) tidak terbuka, nanti kita akan alihkan untuk biofuel," ucap Suswono belum lama ini.
Sebagai informasi, pada 2012 lalu Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan hingga USD1,6 miliar. Defisit ini dipicu oleh meningkatnya defisit perdagangan migas yang mencapai USD5,6 miliar. Sementara, perdagangan di sektor non migas mengalami surplus USD4 miliar.
(gpr)