Ini alasan kenapa Total ngotot pertahankan Mahakam
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria menilai, keinginan pihak Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation untuk bertahan di blok Mahakam hingga 2017 punya dua alasan.
“Ada dua alasan kuat yang membuat Total/Inpex tetap bertahan di blok Mahakam, yakni adanya rencana investasi 2013-2017 yang harus dilakukan agar produksi gas masih bisa dipelihara untuk memenuhi komitmen dengan pembeli gas sampai 2022. Tetapi Investasi tersebut baru akan kembali bila Total masih bisa ikut sampai 2022,” kata Sofyano dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (13/2/2013).
Selain itu, lanjut dia, ada komitmen penjualan gas sampai 2018-2022 yang harus dipenuhi Total maupun Inpex sehingga akan nyaman bila kedua Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) itu ikut melewati 2017.
“Bila tidak ikut, maka sangat mungkin akan berakibat investasi yang signifikan terhenti dan produksi gas akan turun drastis, dan itu akan menyebabkan komitmen penjualan gas tidak akan terpenuhi,” paparnya.
Dari sisi lain, jaminan kelangsungan produksi sebelum 2017 maupun pasca 2017 menjadi sangat penting, karena pada saat ini sampai tahun-tahun tersebut produksi gas dari blok Mahakam masih menjadi tulang punggung nasional.
Namun terlihat pula ada indikasi yang nyaris nyata bahwa pemerintah pun menghendaki BUMN dan BUMD ikut serta dan belajar berbisnis gas di tempat yang beresiko besar, baik dari sisi investasi maupun teknologi, maka penyertaan BUMN/BUMD menjadi penting.
“Namun agar tidak perlu memasukan modal seperti kasus PHE ONWJ, maka sebaiknya Pertamina memilih masuk di 2017 dan opsi ini pernah disampaikan Pertamina ke pemerintah dan ini bisa jadi pilihan,” papar Sofyano.
Pemerintah, kata dia, juga sebaiknya meminta bagian negara dinaikkan sejak 2017, karena seluruh aset sudah menjadi milik negara akibat sudah terbayar oleh mekanisme cost recovery.
“Jadi bagian operator setelah 2017 tidak akan sebesar sekarang. Sehingga kolaborasi antara investor lama dengan BUMN/BUMD menjadi solusi terbaik,” katanya.
“Ada dua alasan kuat yang membuat Total/Inpex tetap bertahan di blok Mahakam, yakni adanya rencana investasi 2013-2017 yang harus dilakukan agar produksi gas masih bisa dipelihara untuk memenuhi komitmen dengan pembeli gas sampai 2022. Tetapi Investasi tersebut baru akan kembali bila Total masih bisa ikut sampai 2022,” kata Sofyano dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (13/2/2013).
Selain itu, lanjut dia, ada komitmen penjualan gas sampai 2018-2022 yang harus dipenuhi Total maupun Inpex sehingga akan nyaman bila kedua Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) itu ikut melewati 2017.
“Bila tidak ikut, maka sangat mungkin akan berakibat investasi yang signifikan terhenti dan produksi gas akan turun drastis, dan itu akan menyebabkan komitmen penjualan gas tidak akan terpenuhi,” paparnya.
Dari sisi lain, jaminan kelangsungan produksi sebelum 2017 maupun pasca 2017 menjadi sangat penting, karena pada saat ini sampai tahun-tahun tersebut produksi gas dari blok Mahakam masih menjadi tulang punggung nasional.
Namun terlihat pula ada indikasi yang nyaris nyata bahwa pemerintah pun menghendaki BUMN dan BUMD ikut serta dan belajar berbisnis gas di tempat yang beresiko besar, baik dari sisi investasi maupun teknologi, maka penyertaan BUMN/BUMD menjadi penting.
“Namun agar tidak perlu memasukan modal seperti kasus PHE ONWJ, maka sebaiknya Pertamina memilih masuk di 2017 dan opsi ini pernah disampaikan Pertamina ke pemerintah dan ini bisa jadi pilihan,” papar Sofyano.
Pemerintah, kata dia, juga sebaiknya meminta bagian negara dinaikkan sejak 2017, karena seluruh aset sudah menjadi milik negara akibat sudah terbayar oleh mekanisme cost recovery.
“Jadi bagian operator setelah 2017 tidak akan sebesar sekarang. Sehingga kolaborasi antara investor lama dengan BUMN/BUMD menjadi solusi terbaik,” katanya.
(gpr)