Reli IHSG berpotensi berlanjut

Senin, 18 Februari 2013 - 09:12 WIB
Reli IHSG berpotensi...
Reli IHSG berpotensi berlanjut
A A A
Pekan lalu sentimen penggerak bursa utama Amerika Serikat (AS) datang dari laporan keuangan emiten dan update data bulanan makro. Di tengah pengaruh bursa Eropa dan Asia, pergerakan indeks Standard & Poor’s (S&P) 500 ditutup menguat 0,12 persen dibanding pekan sebelumnya.

Adapun, Dow Jones dan Nasdaq masing-masing melemah tipis -0,008 persen dan -0,06 persen. Dari sisi pergerakan year to date return, ketiga indeks utama tersebut mencatat angka sebesar 6,70 persen (Dow Jones), 6,56 persen (S&P500) dan 5,71 persen (Nasdaq). Kontinuitas emiten yang laporan hasil kinerja di atas perkiraan pasar dan berita terkini seputar aksi korporasi, sepertinya memberikan keyakinan tambahan adanya perbaikan aktivitas perekonomian.

Meski bersifat sementara dan kehati-hatian masih diadopsi para pelaku pasar, setidaknya hingga penutupan transaksi perdagangan pekan lalu indeks kekhawatiran pasar atau fear index (VIX Indeks) kembali mengalami penurunan -1,58 persen atau -30,85 persen sejak awal tahun ini. Sepanjang pekan lalu saham-saham berbasis industrial mengalami kenaikan signifikan, sementara saham berbasis telekomunikasi menjadi sektor yang mengalami pelemahan.

Penutupan pada teritori negatif yang terjadi dalam satu hari pada Jumat lalu terpicu penjualan Walmart pada Februari lalu yang terkontraksi. Sentimen lain datang dari pertemuan menteri keuangan dan sentral bank negara-negara Grup G-20 di Moskow, Rusia yang membicarakan seputar devaluasi nilai tukar. Isu tersebut belakangan ramai diperbincangkan sejak Jepang meluncurkan berbagai program stimulus moneter untuk melemahkan nilai tukar yen.

Langkah ini menimbulkan polemik berkepanjangan seputar dampak diterima negara-negara mitra dagang Jepang. Dari data update perekonomian, kenaikan sentimen konsumen menjadi 76,3 di bulan Februari, terbaik sejak November 2012 mendorong semangat tambahan saat dilaporkannya data produksi industri AS yang di luar ekspektasi melemah 0,1 persen pada Januari lalu.

Di pengujung minggu lalu, pasar juga terselamatkan oleh aksi akuisisi perusahaan investasi Berkshire Hathaway milik Warren Buffett yang akan membeli Heinz dan AMR –induk maskapai American Arilines– yang akan merger dengan US Airways. Total nilai beberapa akuisisi dan merger pada dua bulan awal tahun ini, termasuk Heinz dan AMR, telah mencapai USD158 miliar, sehingga ikut meningkatkan pandangan positif terhadap aktivitas bisnis di AS.

Dari pasar Eropa, indeks sepanjang pekan lalu cenderung melemah karena laporan kinerja pertumbuhan ekonomi Jerman, Italia, dan Prancis yang mengalami penurunan. Penurunan bahkan terjadi secara umum di wilayah zona Eropa sebesar -0,6 persen atau lebih rendah dari proyeksi -0,4 persen, sehingga mendorong penurunan sebagian besar indeks.Demikian pula halnya dengan pertemuan petinggi 17 negara anggota zona Eropa yang masih dicermati investor.

Menutup transaksi perdagangan pekan silam, indeks FTSE menguat tipis 0,01 persen sedangkan DAX dan CAC40 masing-masing melemah -0,49 persen dan -0,25 persen. Hingga kini sekitar 600 emiten yang tercatat pada STOXX 600 telah melaporkan kinerjanya dan 54 persen di antaranya membukukan angka yang lebih baik dari perkiraan rata-rata estimasi analis.

Dari pasar komoditas, harga minyak dunia mengalami pelemahan. Brent tercatat turun USD1,72 menjadi USD- 117,66, terpicu data produksi industri yang berada di bawah perkiraan. Meski demikian, sepanjang minggu lalu pergerakan harga minyak mentah masih menguat tipis sebesar USD14 sen per barel. Sementara, beberapa harga komoditas penting juga tercatat turun. Bahkan, harga emas mengalami pelemahan terdalam sepanjang enam bulan terakhir.

Dari pasar Asia Pasifik, sejumlah indeks utama di wilayah tersebut ditransaksikan bervariasi. Nikkei turun -1,18 persen, sedangkan Hang Seng, Shanghai, dan Kospi naik masing-masing 0,13 persen, 0,57 persen dan 0,08 persen. Pekan ini ada beberapa hal yang patut diwaspadai di antaranya kekhawatiran fluktuasi nilai tukar mata pacakesepakatan anggota G-20 yang bertekad menahan diri dari perang mata uang.

Tutupnya beberapa indeks seperti China dan Taiwan juga telah ikut mendorong aktivitas transaksi perdagangan di wilayah Asia Pasific secara keseluruhan tercatat cukup stagnan. Minggu ini beberapa laporan kinerja emiten di wilayah Asia akan menjadi perhatian investor. Data update makro penting lain yang juga akan menjadi fokus pelaku pasar seperti data PMI manufaktur China dan data PDB Thailand.

Dari pasar dalam negeri, sesuai dengan judul tulisan pada kolom di minggu lalu, BEI cenderung bergerak lebih independen, bahkan di tengah sentimen negatif yang banyak terbit sepanjang lima hari lalu. Melampaui perkiraan rentang perdagangan yang terdapat pada tulisan kolom minggu lalu, IHSG kembali berhasil menembus level terbarunya.

Setelah sempat terhenti dan mengalami penurunan di hari sebelumnya, pada penutupan perdagangan Jumat (15/2) IHSG kembali mencatat angka tertingginya di tutup pada level 4.609,79 atau menguat 0,46 persen. Sepanjang minggu lalu sektor keuangan dan infrastruktur serta manufaktur merupakan beberapa sektor yang telah ikut mendorong penguatan tersebut, sedangkan sektor pertambangan pada Jumat lalu ditutup melemah -0,63 persen.

Sepanjang pekan lalu IHSG menguat 2,37 persen dan sejak awal tahun ini bursa dalam negeri mencatat kenaikan 6,06 persen. Adapun, pekan ini potensi koreksi berpeluang terjadi, seiring dengan reli kuat yang terjadi. Aksi korporasi dan berita positif seputar aktivitas emiten dalam negeri termasuk laporan kinerja singkat dalam bentuk pernyataan dari pihak manajemen emiten akan menjadi beberapa penggerak indeks dalam negeri.

Selama lima hari ke depan IHSG berpotensi bergerak pada rentang 4.552,91–4.651,85. Beberapa saham yang layak dicermati antara lain ASII, BBRI, MYOR, MAPI, TLKM, JPFA, ADHI, WIKA, BSDE, JSMR.

AKHMAD NURCAHYADI
Research Analyst Am Capital Indonesia
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0998 seconds (0.1#10.140)