Pembangunan monorel dilengkapi tempat pengujian
A
A
A
Sindonews.com - Rencana pembangunan monorel yang akan dilaksanakan secara konsorsium oleh beberapa perusahaan Bandan Usaha Milik Negara (BUMN) bakal dilengkapi tempat pengujian kelayakan sarana.
Kementerian Perhubungan akan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membangun itu. Kerja sama ini ditandai dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Tundjung Inderawan mengemukakan, tempat pengujian harus dimiliki untuk melakukan beberapa uji teknis seperti uji statis, dinamis, uji beban, dan kelayakan.
"Nantinya, ini juga akan bisa dimanfaatkan oleh BPPT dan Menristek agar mereka memiliki objek riset sehingga bisa saling mengisi," ujar Tundjung, seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Perhubungan, Selasa (19/2/2013).
Menurutnya, yang berminat untuk merealisasikan monorel cukup banyak dan beberapa BUMN sudah mengajukan surat permohonan. Namun, ada yang mengajukan lintas layanan yang berhimpitan. Sehingga harus dilakukan penyamaan untuk menghindar dari tumpang tindih.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah jaringan intermoda antarlintas moda seperti busway, kereta api, dan waterway. Karena itu, pihaknya bersama-sama dengan stakeholder Jabodetabek akan menyusun dan membuat peta jaringan terpadu untuk mematangkan semuanya, termasuk MRT.
"Misalnya rute yang tumpang tindih, apakah sebaiknya dibicarakan atau melalui proses tender untuk mendapatkan win-win solution. Atau dibagi-bagi lintas layanannya dan dibicarakan secara internal Konsorsium," ujar Tundjung.
Selain itu, dalam rencana pembangunan monorel juga difokuskan pada standardisasi sarana dan prasarana mulai dari sistem hingga komputerisasi yang akan dilakukan. Maka akan dituangkan dalam Peraturan Menteri yang ditargetkan selesai dalam satu bulan ke depan.
Dia membeberkan, perusahaan nasional sudah ada yang membuat sarana monorel yakni PT Melu Bangun Wiweka (MBW) Cibitung Bekasi yang memiliki muatan lokal hingga 80 persen dan PT Inka yang sudah 100 persen muatan lokal.
Kementerian Perhubungan akan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membangun itu. Kerja sama ini ditandai dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Tundjung Inderawan mengemukakan, tempat pengujian harus dimiliki untuk melakukan beberapa uji teknis seperti uji statis, dinamis, uji beban, dan kelayakan.
"Nantinya, ini juga akan bisa dimanfaatkan oleh BPPT dan Menristek agar mereka memiliki objek riset sehingga bisa saling mengisi," ujar Tundjung, seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Perhubungan, Selasa (19/2/2013).
Menurutnya, yang berminat untuk merealisasikan monorel cukup banyak dan beberapa BUMN sudah mengajukan surat permohonan. Namun, ada yang mengajukan lintas layanan yang berhimpitan. Sehingga harus dilakukan penyamaan untuk menghindar dari tumpang tindih.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah jaringan intermoda antarlintas moda seperti busway, kereta api, dan waterway. Karena itu, pihaknya bersama-sama dengan stakeholder Jabodetabek akan menyusun dan membuat peta jaringan terpadu untuk mematangkan semuanya, termasuk MRT.
"Misalnya rute yang tumpang tindih, apakah sebaiknya dibicarakan atau melalui proses tender untuk mendapatkan win-win solution. Atau dibagi-bagi lintas layanannya dan dibicarakan secara internal Konsorsium," ujar Tundjung.
Selain itu, dalam rencana pembangunan monorel juga difokuskan pada standardisasi sarana dan prasarana mulai dari sistem hingga komputerisasi yang akan dilakukan. Maka akan dituangkan dalam Peraturan Menteri yang ditargetkan selesai dalam satu bulan ke depan.
Dia membeberkan, perusahaan nasional sudah ada yang membuat sarana monorel yakni PT Melu Bangun Wiweka (MBW) Cibitung Bekasi yang memiliki muatan lokal hingga 80 persen dan PT Inka yang sudah 100 persen muatan lokal.
(izz)