BoJ hati-hati keluarkan kebijakan moneter
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Dewan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), Yoshihisa Morimoto mengatakan, pihaknya akan berhati-hati meneliti biaya dan manfaat dari berbagai pilihan kebijakan, termasuk pembelian obligasi, khususnya dalam melakukan kebijakan moneter.
"Anggota dewan bank sentral umumnya melihat risiko kenaikan dan penurunan ekonomi Jepang secara seimbang," ujar Morimoto, seperti dilansir Reuters dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan para pemimpin bisnis di Kochi, Jepang barat, Rabu (20/2/2013).
Diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akan menunjuk calon pengganti Gubernur BoJ Masaaki Shirakawa pekan depan, setelah melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Barack Obama di Washington DC.
"Setelah KTT berakhir, dia (perdana menteri) akan mempertimbangkan calon gubernur BoJ. Itu harus minggu depan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga.
Shirakawa, yang memutuskan mundur pada 19 Maret mendatang menyatakan, bahwa pembelian obligasi asing merupakan intervensi mata uang, sehingga menjadi tanggung jawab menteri keuangan.
Shirakawa juga menyebutkan, bahwa kenaikan harga yang mendadak bisa memicu kenaikan yield obligasi jangka panjang. Ketidaksepahaman antara Abe dan Sharikawa disinyalir menjadi sumber perpecahan hubungan mereka.
"Anggota dewan bank sentral umumnya melihat risiko kenaikan dan penurunan ekonomi Jepang secara seimbang," ujar Morimoto, seperti dilansir Reuters dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan para pemimpin bisnis di Kochi, Jepang barat, Rabu (20/2/2013).
Diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akan menunjuk calon pengganti Gubernur BoJ Masaaki Shirakawa pekan depan, setelah melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Barack Obama di Washington DC.
"Setelah KTT berakhir, dia (perdana menteri) akan mempertimbangkan calon gubernur BoJ. Itu harus minggu depan," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga.
Shirakawa, yang memutuskan mundur pada 19 Maret mendatang menyatakan, bahwa pembelian obligasi asing merupakan intervensi mata uang, sehingga menjadi tanggung jawab menteri keuangan.
Shirakawa juga menyebutkan, bahwa kenaikan harga yang mendadak bisa memicu kenaikan yield obligasi jangka panjang. Ketidaksepahaman antara Abe dan Sharikawa disinyalir menjadi sumber perpecahan hubungan mereka.
(dmd)