Enam kargo LNG Tangguh ngalir ke domestik
A
A
A
Sindonews.com - PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) tahun ini memperoleh komitmen pasokan gas alam cair (LNG) dari Blok Tangguh, Papua Barat sebesar enam kargo melalui mekanisme pengalihan (swap) kargo Arun-Tangguh.
Menurut Deputi Pengendalian Komersial Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Widhyawan Prawiraatmadja, alokasi kargo LNG Tangguh tersebut berasal dari pengalihan kontrak dengan Sempra.
Sementara, komitmen pengalihan kebutuhan domestik tahun inu sebesar 20 kargo. "Ini komitmen kami memprioritaskan pasokan gas untuk domestik," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (26/2/2013).
Selain itu, komitmen pasokan LNG tersebut juga bertujuan untuk menjaga produktivitas kebutuhan gas dalam negeri. Karena itu, disaksikan oleh SKK Migas, masing-masing perusahaan seperti PT Pertamina (Persero), ExxonMobil Indonesia, PIM, dan BP Berau Ltd saling bekerja sama menandatangani surat kesepakatan penjualan kargo perdana senilai USD24 juta.
Widhyawan menegaskan, kesepakatan tersebut merupakan kali pertama gas Tangguh diperuntukkan bagi konsumen domestik. Target tahun ini rencananya akan dialokasikan enam kargo dari Kilang Tangguh untuk PIM. "Jadi, walaupun PIM tidak mempunyai fasilitas penerima LNG, tetapi gas dari Tangguh sudah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan konsumen domestik, dalam hal ini sebagai bahan baku pupuk," kata dia.
Meski begitu, Kogas tetap mendapat alokasi gas yang sama. Produksi gas Tangguh berupa LNG, yang sebelumnya untuk pasar Amerika Serikat, akan langsung dikapalkan ke Kogas. Penjualan kargo perdana ke Kogas sekitar USD24 juta. "Bila setiap kargo dibeli dengan harga USD24 juta, maka harga gas per MMBTU dihargai sebesar USD8,5," terangnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro mengatakan, awalnya PIM membutuhkan delapan kargo LNG. Namun karena tak mungkin semuanya terserap, akan ada sisa sebanyak dua kargo. Rencananya, sebanyak 0,5 kargo dari sisa itu akan digunakan untuk menutup kebutuhan gas pembangkit listrik milik PT Kertas Kraft Aceh. Sehingga, alokasi gas untuk PIM akan tersisa 1,5 kargo. "Kami harapkan pasokan ini akan mulai mengalir tahun ini," ujarnya.
Menurut dia, sisa dari jatah PIM, kemungkinan akan disalurkan untuk mengisi pasokan terminal apung regasifikasi unit (FSRU) LNG Jawa Barat. Meski sudah dijatah dua kargo, namun PLN masih kekurangan dua kargo lagi. "Dengan begitu, bila pasokan diambil dari alokasi PIM, maka PLN tak perlu membeli LNG di pasar spot yang lebih mahal," pungkasnya.
Menurut Deputi Pengendalian Komersial Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Widhyawan Prawiraatmadja, alokasi kargo LNG Tangguh tersebut berasal dari pengalihan kontrak dengan Sempra.
Sementara, komitmen pengalihan kebutuhan domestik tahun inu sebesar 20 kargo. "Ini komitmen kami memprioritaskan pasokan gas untuk domestik," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (26/2/2013).
Selain itu, komitmen pasokan LNG tersebut juga bertujuan untuk menjaga produktivitas kebutuhan gas dalam negeri. Karena itu, disaksikan oleh SKK Migas, masing-masing perusahaan seperti PT Pertamina (Persero), ExxonMobil Indonesia, PIM, dan BP Berau Ltd saling bekerja sama menandatangani surat kesepakatan penjualan kargo perdana senilai USD24 juta.
Widhyawan menegaskan, kesepakatan tersebut merupakan kali pertama gas Tangguh diperuntukkan bagi konsumen domestik. Target tahun ini rencananya akan dialokasikan enam kargo dari Kilang Tangguh untuk PIM. "Jadi, walaupun PIM tidak mempunyai fasilitas penerima LNG, tetapi gas dari Tangguh sudah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan konsumen domestik, dalam hal ini sebagai bahan baku pupuk," kata dia.
Meski begitu, Kogas tetap mendapat alokasi gas yang sama. Produksi gas Tangguh berupa LNG, yang sebelumnya untuk pasar Amerika Serikat, akan langsung dikapalkan ke Kogas. Penjualan kargo perdana ke Kogas sekitar USD24 juta. "Bila setiap kargo dibeli dengan harga USD24 juta, maka harga gas per MMBTU dihargai sebesar USD8,5," terangnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro mengatakan, awalnya PIM membutuhkan delapan kargo LNG. Namun karena tak mungkin semuanya terserap, akan ada sisa sebanyak dua kargo. Rencananya, sebanyak 0,5 kargo dari sisa itu akan digunakan untuk menutup kebutuhan gas pembangkit listrik milik PT Kertas Kraft Aceh. Sehingga, alokasi gas untuk PIM akan tersisa 1,5 kargo. "Kami harapkan pasokan ini akan mulai mengalir tahun ini," ujarnya.
Menurut dia, sisa dari jatah PIM, kemungkinan akan disalurkan untuk mengisi pasokan terminal apung regasifikasi unit (FSRU) LNG Jawa Barat. Meski sudah dijatah dua kargo, namun PLN masih kekurangan dua kargo lagi. "Dengan begitu, bila pasokan diambil dari alokasi PIM, maka PLN tak perlu membeli LNG di pasar spot yang lebih mahal," pungkasnya.
(izz)