IHSG berpotensi terkoreksi

Rabu, 13 Maret 2013 - 08:08 WIB
IHSG berpotensi terkoreksi
IHSG berpotensi terkoreksi
A A A
Sindonews.com - Menyusul pelemahan pada awal pekan, mengindikasikan bisa saja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai jenuh melakukan penguatan. IHSG diprediksi memiliki potensi untuk terkoreksi, meski tidak terlalu signifikan.

"Pada perdagangan Rabu (13/3) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.825-4.848 dan resistance 4.894-4.915," terang Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Rabu (13/3/3013).

Berpola menyerupai spinning di bawah upper bollinger bands (UBB). MACD mulai terbatas kenaikannya dengan histogram positif yang turun. RSI, William's %R, dan stochastic terlihat mulai sedikit downreversal.

"Pelemahan yang terjadi tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan pelemahan pada pekan sebelumnya, sehingga potensi pelemahan besar-besaran belum terlalu terlihat. Namun demikian, tidak ada salahnya untuk tetap mewaspadai segala kemungkinan yang bisa saja terjadi," tegas Reza.

Pelemahan, lanjut Reza, kemungkinan juga dipicu antisipasi pelaku pasar terhadap kabar-kabar negatif yang bisa saja muncul pada Selasa (12/3) selagi IHSG sedang “Nyepi”.

Sepanjang perdagangan senin (11/3), IHSG menyentuh level 4.886,52 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.847,82 (level terendahnya) jelang preclosing dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.854,31.

Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.

Pergerakan nilai tukar rupiah stagnan yang secara tidak langsung dipicu mulai membaiknya perekonomian AS, terutama dari sisi ketenagakerjaan, sehingga memunculkan spekulasi akan adanya percepatan penarikan stimulus.

Belum lagi rilis data-data China yang kurang baik dengan rilis kenaikan CPI, sehingga menimbulkan asumsi berkurangnya ruang bagi PboC untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut karena angka CPI mendekati target 3,5 persen dari rilis 3,2 persen dan data-data negatif China lainnya.

Di sisi lain, depresiasi rupiah juga dipicu melemahnya euro setelah Fitch men-downgrade peringkat utang Italia dari A- menjadi BBB+ dengan outlook negatif atau 3 tingkat di atas level sampah (junk).

Bursa saham Asia variatif menguat pada (11/3) dengan merespon positif rilis data ketenagakerjaan di AS dan melemahnya yen, namun penguatan tersebut dibatasi oleh melemahnya indeks saham China setelah rilis kenaikan tingkat inflasi; dan penurunan retail sales (YoY) dan industrial production (YoY).

Pada (12/3/2013), laju indeks saham Asia cenderung positif setelah Gubernur BoJ menyatakan pelonggaran moneter lanjutan perlu dilakukan untuk menjinakkan deflasi yang selama ini menjadi momok para eksportir di Jepang.

Sementara pada (12/3), laju bursa saham Asia melemah karena profit taking seiring berita negatif regulator pasar modal China akan meninjau ulang persyaratan IPO dan adanya ancaman penutupan bagi layanan wealth management perbankan jika gagal memperbaiki produknya.

Belum lagi penurunan data tertiary industry index (MoM) Jepang. Bursa saham Eropa pada Senin (11/3) melemah setelah pada Jumat (8/3), Fitch men-downgrade utang Italia dengan ketidakpastian politik karena hasil pemilu yang tidak memunculkan pihak pemenang mayoritas, sehingga dikhawatirkan tidak dapat membentuk pemerintahan yang stabil.

Selain itu, merespon negatif rilis data-data China. Bursa saham AS lanjut positif pada (11/3) di tengah sentimen negatif dari Asia dan Eropa setelah penguatan saham-saham teknologi dan perbankan.

Sama halnya seperti IHSG, DJIA naik 5 hari berturut-turut dan kembali mencetak all time new high record. Padahal di awal perdagangan, sempat merah setelah merespon kondisi di Eropa dan China.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0963 seconds (0.1#10.140)