Shirakawa akui gagal atasi deflasi
A
A
A
Sindonews.com - Masaaki Shirakawa, gubernur Bank of Japan (BoJ), yang hari ini resmi mengundurkan diri mengakui, bahwa dirinya telah gagal mengakhiri deflasi negara.
Dilansir dari Bangkok Post, Selasa (19/3/2013) Shirakawa, 63, meninggalkan pekerjaan sekitar tiga minggu sebelum masa jabatannya berakhir, setelah terjadi perdebatan dengan Perdana Menteri Shinzo Abe atas kebijakan memacu perekonomian terbesar ketiga di dunia itu.
Abe menekan pembuat kebijakan BoJ untuk melakukan pelonggaran agresif dan langkah-langkah untuk meningkatkan pertumbuhan. Bank sentral juga telah menghadapi kecaman dari Haruhiko Kuroda, yang kini menggantikan Shirakawa, dengan berjanji membalikkan tahun penurunan harga.
Masa kepemimpinan Shirakawa menghadapi banyak krisis, termasuk runtuhnya Lehman Brothers, yang mengirim ekonomi dunia dalam kekacauan pada 2008, dan krisis utang zona euro yang membuat nilai yen melonjak hingga melukai eksportir Jepang.
Tidak hanya itu, negara tersebut juga terpukul oleh bencana gempa dan tsunami yang mengakibatkan krisis nuklir pada 2011, hingga merusak sejumlah produsen besar Jepang.
"Perekonomian Jepang telah mengalami kemerosotan serius karena sejumlah peristiwa, termasuk guncangan Lehman, krisis utang Eropa dan gempa-tsunami," kata Shirakawa dalam pidato terakhirnya kepada komite parlemen.
"Meskipun kami telah melakukan upaya terbaik, sayang kita belum membawa perekonomian kembali ke jalur pemulihan yang berkelanjutan dengan harga yang stabil," tandasnya.
Dilansir dari Bangkok Post, Selasa (19/3/2013) Shirakawa, 63, meninggalkan pekerjaan sekitar tiga minggu sebelum masa jabatannya berakhir, setelah terjadi perdebatan dengan Perdana Menteri Shinzo Abe atas kebijakan memacu perekonomian terbesar ketiga di dunia itu.
Abe menekan pembuat kebijakan BoJ untuk melakukan pelonggaran agresif dan langkah-langkah untuk meningkatkan pertumbuhan. Bank sentral juga telah menghadapi kecaman dari Haruhiko Kuroda, yang kini menggantikan Shirakawa, dengan berjanji membalikkan tahun penurunan harga.
Masa kepemimpinan Shirakawa menghadapi banyak krisis, termasuk runtuhnya Lehman Brothers, yang mengirim ekonomi dunia dalam kekacauan pada 2008, dan krisis utang zona euro yang membuat nilai yen melonjak hingga melukai eksportir Jepang.
Tidak hanya itu, negara tersebut juga terpukul oleh bencana gempa dan tsunami yang mengakibatkan krisis nuklir pada 2011, hingga merusak sejumlah produsen besar Jepang.
"Perekonomian Jepang telah mengalami kemerosotan serius karena sejumlah peristiwa, termasuk guncangan Lehman, krisis utang Eropa dan gempa-tsunami," kata Shirakawa dalam pidato terakhirnya kepada komite parlemen.
"Meskipun kami telah melakukan upaya terbaik, sayang kita belum membawa perekonomian kembali ke jalur pemulihan yang berkelanjutan dengan harga yang stabil," tandasnya.
(dmd)