Asing perlakukan perbankan Indonesia tidak adil
A
A
A
Sindonews.com - Terkait maraknya bank-bank Indonesia yang diambil asing, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro menyebut hal ini juga sensitif mengingat perbankan adalah sektor keuangan terbesar.
"Perbankan ini sektor keuangan terbesar dan sensitif. Uang Indonesia tapi ada dalam genggaman asing bikin polemik," ujarnya di JCC, Jakarta, Jumat (24/5/2013).
Oleh karena itu Bambang meminta Indonesia diperbolehkan melakukan hal serupa di negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. "Karena kita lihat ketidakadilan, di Malaysia dan Singapura itu unfairness sangat terasa. Jadi ini bukan nasionalisme sempit tapi masalah fairness," pungkasnya.
Bambang mencontohkan, salah satu perusahaan minyak Amerika Serikat yang tidak jadi diambil China. Ketika secara korporasi tidak mempermasalahkan, namun kongresnya tidak terima.
"Exxon atau Chevron, saya lupa ya pokoknya salah satu dari itu, mereka saja dulu pernah mau diambil China, secara korporasi pun mereka tidak mempermasalahkan. Tapi anggota kongres Amerika Serikat marah dan protes. Karena perusahaan tersebut sudah menjadi national landmark. Sensitif sekali. Berarti kan national ownership berpengaruh," ceritanya.
"Perbankan ini sektor keuangan terbesar dan sensitif. Uang Indonesia tapi ada dalam genggaman asing bikin polemik," ujarnya di JCC, Jakarta, Jumat (24/5/2013).
Oleh karena itu Bambang meminta Indonesia diperbolehkan melakukan hal serupa di negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. "Karena kita lihat ketidakadilan, di Malaysia dan Singapura itu unfairness sangat terasa. Jadi ini bukan nasionalisme sempit tapi masalah fairness," pungkasnya.
Bambang mencontohkan, salah satu perusahaan minyak Amerika Serikat yang tidak jadi diambil China. Ketika secara korporasi tidak mempermasalahkan, namun kongresnya tidak terima.
"Exxon atau Chevron, saya lupa ya pokoknya salah satu dari itu, mereka saja dulu pernah mau diambil China, secara korporasi pun mereka tidak mempermasalahkan. Tapi anggota kongres Amerika Serikat marah dan protes. Karena perusahaan tersebut sudah menjadi national landmark. Sensitif sekali. Berarti kan national ownership berpengaruh," ceritanya.
(gpr)