Perlambatan investasi turut picu revisi pertumbuhan ekonomi
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan M. Chatib Basri menilai, perlambatan investasi juga merupakan salah satu variabel revisi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 6,2 persen dari sebelumnya 6,8 persen.
"Investasi tahun lalu sampai dengan April 2012 mencapai 9,97 persen. Sedangkan triwulan I mencapai 5,9 persen, artinya ada perlambatan," ujarnya dalam pembahasan RAPBNP 2013 dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/5/2013).
Dia menyebut penyebabnya adalah situasi global yang tidak menentu berpengaruh terhadap ekspansi bisnis dan investasi. "Penyebabnya adalah kondisi situasi global memukul ekspansi bisnis dan mereka menunda investasi yang berakibat perlambatan yang berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi," katanya.
Chatib menjelaskan, investasi sendiri memiliki share 25 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu perlambatan investasi ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Investasi itu growth share-nya 25 persen terhadap PDB. Itu sebabnya tahun ini dilakukan revisi terhadap pertumbuhan menjadi 6,2 persen dari sebelumnya 6,8 persen," pungkasnya.
"Investasi tahun lalu sampai dengan April 2012 mencapai 9,97 persen. Sedangkan triwulan I mencapai 5,9 persen, artinya ada perlambatan," ujarnya dalam pembahasan RAPBNP 2013 dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/5/2013).
Dia menyebut penyebabnya adalah situasi global yang tidak menentu berpengaruh terhadap ekspansi bisnis dan investasi. "Penyebabnya adalah kondisi situasi global memukul ekspansi bisnis dan mereka menunda investasi yang berakibat perlambatan yang berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi," katanya.
Chatib menjelaskan, investasi sendiri memiliki share 25 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu perlambatan investasi ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Investasi itu growth share-nya 25 persen terhadap PDB. Itu sebabnya tahun ini dilakukan revisi terhadap pertumbuhan menjadi 6,2 persen dari sebelumnya 6,8 persen," pungkasnya.
(gpr)