Anjloknya harga karet pengaruhi angka kriminalitas
A
A
A
Sindonews.com - Anjloknya harga karet dalam dua bulan terakhir menyebabkan petani terancam tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Situasi ini dikhawatirkan dapat meningkatkan angka kriminalitas di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Sumatera Selatan.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mura, Ngadi mengatakan, turunnya harga karet sudah dikeluhkan mayoritas petani karet di Kabupaten Mura.
Sekarang harga karet di tingkat petani 1 kilogram (kg) sama dengan harga 1 kg beras. Karena biasanya harga 1 kg karet bisa dapat beras sampai 2 kg lebih. Harga yang diperoleh petani sebelumnya Rp13.000 per kg sekarang menjadi Rp7.000 per kg.
Kondisi miris ini jangankan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak cukup, apalagi digunakan memenuhi pemeliharaan kebun. "Anjloknya harga karet ini mencapai 50 persen. Diprediksi harga karet terus mengalami penurunan," ujar Ngadi di Mura, Jumat (5/4/2013).
Politisi PKPB ini menjelaskan, Pemkab diminta segera memberikan solusi melindungi petani karet. Apakah ini permainan broker karet atau sengaja diciptakan kondisi turunnya harga karet.
"Dewan mengharapkan Pemkab segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi petani karet. Sebab, hampir 70 persen warga Mura petani perkebunan karet mandiri," tegas dia.
Sementara itu, Anggota DPRD, Suyadi mengatakan, anjloknya harga karet jelas mempengaruhi ekonomi masyarakat. Diduga bisa memicu kriminalitas di kehidupan masyarakat.
"Ya diharapkan Pemkab Mura melalui instansi terkait segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi petani karet di Mura," kata dia.
Terpisah, Paijo,50, warga Desa BTS Ulu mengatakan, anjloknya harga karet jelas mempengaruhi upah pekerja penyadap karet. Bahkan sekarang banyak para pekerja tidak bekerja karena pemilik kebun tidak bisa memberikan upah.
"Ya kami mau makan bagaimana pak? Jika tidak kerja. Alasan pemilik kebun tidak bisa kasih upah setimpal sebab harga karet anjlok," pungkasnya.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mura, Ngadi mengatakan, turunnya harga karet sudah dikeluhkan mayoritas petani karet di Kabupaten Mura.
Sekarang harga karet di tingkat petani 1 kilogram (kg) sama dengan harga 1 kg beras. Karena biasanya harga 1 kg karet bisa dapat beras sampai 2 kg lebih. Harga yang diperoleh petani sebelumnya Rp13.000 per kg sekarang menjadi Rp7.000 per kg.
Kondisi miris ini jangankan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak cukup, apalagi digunakan memenuhi pemeliharaan kebun. "Anjloknya harga karet ini mencapai 50 persen. Diprediksi harga karet terus mengalami penurunan," ujar Ngadi di Mura, Jumat (5/4/2013).
Politisi PKPB ini menjelaskan, Pemkab diminta segera memberikan solusi melindungi petani karet. Apakah ini permainan broker karet atau sengaja diciptakan kondisi turunnya harga karet.
"Dewan mengharapkan Pemkab segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi petani karet. Sebab, hampir 70 persen warga Mura petani perkebunan karet mandiri," tegas dia.
Sementara itu, Anggota DPRD, Suyadi mengatakan, anjloknya harga karet jelas mempengaruhi ekonomi masyarakat. Diduga bisa memicu kriminalitas di kehidupan masyarakat.
"Ya diharapkan Pemkab Mura melalui instansi terkait segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi petani karet di Mura," kata dia.
Terpisah, Paijo,50, warga Desa BTS Ulu mengatakan, anjloknya harga karet jelas mempengaruhi upah pekerja penyadap karet. Bahkan sekarang banyak para pekerja tidak bekerja karena pemilik kebun tidak bisa memberikan upah.
"Ya kami mau makan bagaimana pak? Jika tidak kerja. Alasan pemilik kebun tidak bisa kasih upah setimpal sebab harga karet anjlok," pungkasnya.
(gpr)