Pasokan solar di Pasuruan ludes diborong nelayan
A
A
A
Sindonews.com - Setelah pasokan bahan bakar minyak (BBM) solar terhenti selama lima hari, SPBU Bugul Kidul, Kota Pasuruan akhirnya menerima kiriman solar, Minggu petang. Namun, hanya dalam tempo sekitar enam jam, pasokan solar ludes diborong ratusan nelayan yang telah mengantre.
Antrean panjang berupa jeriken ukuran 30 liter ini terlihat sejak mobil tangki BBM tiba di SPBU Bugul Kidul. Antrian ini semakin panjang pada malam hari. Bahkan sejumlah polisi bersiaga untuk mengantisipasi keributan pada antrian solar tersebut.
Achmad Yusuf, 55, warga Kelurahan Ngemplakrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, mengaku rela mengantri selama empat jam, hanya untuk mendapatkan 30 liter solar. Solar ini digunakan untuk bahan bakar kapal nelayan tempat ia menggantungkan hidupnya di laut.
Menurutnya, pembatasan jatah solar ini akan mempengaruhi pekerjaannya sebagai nelayan yang hanya bisa sekali melaut. Ia tidak tahu, pada hari-hari selanjutnya apakah bisa kembali melaut jika pasokan solar kembali terhenti.
"Semua SPBU di Pasuruan sudah saya datangi. Semuanya kehabisan stok. Hanya tinggal di SPBU ini saja yang masih ada," ujar Yusuf di Pasuruan, Senin (15/4/2013).
Rochman, seorang nelayan asal Lekok Kabupaten Pasuruan berharap, pasokan solar ini bisa segera kembali lancar. Sehingga para nelayan dapat kembali menjalankan aktivitasnya tanpa rasa khawatir pada keesokan harinya.
"Kalau solarnya habis, kami bisa makan dari mana? Pemerintah jangan diam saja. Kami masyarakat kecil sedang menjerit," ujarnya.
Menurut karyawan SPBU Bugul Kidul, Sholeh, pasokan solar tidak datang sejak lima hari lalu. Jatah solar yang biasanya sebanyak 16 ribu liter, kali ini hanya dijatah sebanyak 8 ribu liter.
"Kami mendapat kiriman 8 ribu liter. Pasokan ini akan segera habis karena antrian semakin banyak," kata Sholeh.
Antrean panjang berupa jeriken ukuran 30 liter ini terlihat sejak mobil tangki BBM tiba di SPBU Bugul Kidul. Antrian ini semakin panjang pada malam hari. Bahkan sejumlah polisi bersiaga untuk mengantisipasi keributan pada antrian solar tersebut.
Achmad Yusuf, 55, warga Kelurahan Ngemplakrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, mengaku rela mengantri selama empat jam, hanya untuk mendapatkan 30 liter solar. Solar ini digunakan untuk bahan bakar kapal nelayan tempat ia menggantungkan hidupnya di laut.
Menurutnya, pembatasan jatah solar ini akan mempengaruhi pekerjaannya sebagai nelayan yang hanya bisa sekali melaut. Ia tidak tahu, pada hari-hari selanjutnya apakah bisa kembali melaut jika pasokan solar kembali terhenti.
"Semua SPBU di Pasuruan sudah saya datangi. Semuanya kehabisan stok. Hanya tinggal di SPBU ini saja yang masih ada," ujar Yusuf di Pasuruan, Senin (15/4/2013).
Rochman, seorang nelayan asal Lekok Kabupaten Pasuruan berharap, pasokan solar ini bisa segera kembali lancar. Sehingga para nelayan dapat kembali menjalankan aktivitasnya tanpa rasa khawatir pada keesokan harinya.
"Kalau solarnya habis, kami bisa makan dari mana? Pemerintah jangan diam saja. Kami masyarakat kecil sedang menjerit," ujarnya.
Menurut karyawan SPBU Bugul Kidul, Sholeh, pasokan solar tidak datang sejak lima hari lalu. Jatah solar yang biasanya sebanyak 16 ribu liter, kali ini hanya dijatah sebanyak 8 ribu liter.
"Kami mendapat kiriman 8 ribu liter. Pasokan ini akan segera habis karena antrian semakin banyak," kata Sholeh.
(gpr)