TBIG sisakan pinjaman perbankan USD210 juta
A
A
A
Sindonews.com - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyatakan, dari total pinjaman perbankan senilai USD2 miliar, perseroan masih menyisakan pinjaman yang belum dicairkan sebesar USD210 juta.
Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi mengatakan, debt program (program pinjaman perbankan) tersebut berasal dari 25 bank, baik lokal maupun internasioanl. Meskipun demikian, perusahaan masih menimbang untuk melakukan pinjaman perbankan dalam pendanaan untuk ekspansi.
"Kita mempunyai debt program dari beberapa bank senilai USD2 miliar. Masih ada sisa USD210 juta yang belum kami tarik," kata Herman usai menghadiri RUPST TBIG, di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2013).
Dia menilai, keuangan yang dimiliki perseroan masih cukup baik. Terlihat dari perolehan laba bersih tahun 2012, yang naik 77 persen menjadi Rp841 miliar.
Selain Itu, TBIG juga masih memiliki dana sebesar USD300 juta yang berasal dari penerbitan surat utang dalam mata uang dolar (global bond). Obligasi ini telah dicatatkan di bursa Singapura awal April lalu.
Sayangnya, manajemen belum bisa mengungkapkan secara rinci terkait rencana ekspansi yang akan dilakukan perseroa pada tahun ini. Pasalnya, menurut dia, bisnis BTS terbilang sulit jika menganut semboyan menjemput bola.
"Banyak operator yang diisukan akan menjual tower-nya. Tapi kami sendiri belum menerima undangan resmi dari mereka," imbuhnya.
Tapi yang jelas, Herman memastikan, persiapan modal tersebut merupakan imbas dari prospek bisnis tower yang diprediksikan akan cerah tahun ini. Apalagi dengan semakin banyak perusahaan sejenis yang bermunculan, maka hal tersebut membuat bisnis tower semakin berwarna.
"Semakin banyak perusahaan tower independen justru akan membuat pasar menjadi lebih efisien. Pada akhirnya, konsumen juga yang diuntungkan," pungkas Herman.
Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi mengatakan, debt program (program pinjaman perbankan) tersebut berasal dari 25 bank, baik lokal maupun internasioanl. Meskipun demikian, perusahaan masih menimbang untuk melakukan pinjaman perbankan dalam pendanaan untuk ekspansi.
"Kita mempunyai debt program dari beberapa bank senilai USD2 miliar. Masih ada sisa USD210 juta yang belum kami tarik," kata Herman usai menghadiri RUPST TBIG, di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2013).
Dia menilai, keuangan yang dimiliki perseroan masih cukup baik. Terlihat dari perolehan laba bersih tahun 2012, yang naik 77 persen menjadi Rp841 miliar.
Selain Itu, TBIG juga masih memiliki dana sebesar USD300 juta yang berasal dari penerbitan surat utang dalam mata uang dolar (global bond). Obligasi ini telah dicatatkan di bursa Singapura awal April lalu.
Sayangnya, manajemen belum bisa mengungkapkan secara rinci terkait rencana ekspansi yang akan dilakukan perseroa pada tahun ini. Pasalnya, menurut dia, bisnis BTS terbilang sulit jika menganut semboyan menjemput bola.
"Banyak operator yang diisukan akan menjual tower-nya. Tapi kami sendiri belum menerima undangan resmi dari mereka," imbuhnya.
Tapi yang jelas, Herman memastikan, persiapan modal tersebut merupakan imbas dari prospek bisnis tower yang diprediksikan akan cerah tahun ini. Apalagi dengan semakin banyak perusahaan sejenis yang bermunculan, maka hal tersebut membuat bisnis tower semakin berwarna.
"Semakin banyak perusahaan tower independen justru akan membuat pasar menjadi lebih efisien. Pada akhirnya, konsumen juga yang diuntungkan," pungkas Herman.
(rna)