TBIG Fokus di Pertumbuhan Secara Organik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sepanjang tahun ini akan lebih fokus pada pertumbuhan secara organik dibandingkan mengakuisisi perusahaan penyewaan menara lainnya.
CFO Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan, untuk menjaga pertumbuhan bisnis ke depan, perseroan akan lebih fokus pada pertumbuhan organik meski tidak menutup peluang untuk akuisisi menara baik dari perusahaan yang lebih kecil maupun dari operator telekomunikasi. (Baca: Salat Dhuha Bukan Sekedar Membuka Pintu Rezeki)
Helmy mengatakan ada sejumlah hal yang menjadi pertimbangan ketika perseroan akan melalukan akuisisi, mulai lokasi aset, prospek ke depan, hingga valuasi atas aset yang akan diakuisisi.
“Kita sudah punya 15.000 site di seluruh Indonesia. Kalau kita ingin akuisisi sesuatu, kita melihat apakah di tempat target akuisisi itu kita sudah punya tower banyak apa belum dan bagaimana prospeknya untuk meraih tenant baru,” kata Helmy di Jakarta kemarin.
Dia pun menegaskan akuisisi memang menjadi salah satu strategi pertumbuhan perseroan; tapi jika valuasi dan nilai strategis dari aksi korporasi tersebut dinilai kurang pas, perseroan tidak akan memaksakan hal tersebut.
“Strategi utama kita tetap organic growth. Hingga saat ini (semester I/2020), kita sudah mendapat 2.517 tenant. Itu pertumbuhan tenant yang terbaik sepanjang sejarah pertumbuhan organiknya Tower Bersama,” jelas Helmy. (Baca juga: Sekolah di Merangin Mulai Belajar Tatap Muka dengan Protokol Ketat)
Sementara itu, CEO Tower Bersama Infrastructure Hardy Liong menambahkan bahwa industri menara telekomunikasi (tower) termasuk industri yang defensif di era pandemi, karena pendapatan mereka mengandalkan pembayaran dari kontrak jangka panjang atas sewa menara telekomunikasi.
“Kontraknya itu 10 tahun dan dari kontrak eksisting kita tidak mengalami masalah, pembayaran dari operator telko juga tepat waktu. Ditambah kontrak baru yang kita dapatkan selama pandemi ternyata cukup baik,” kata Hardy.
Dia menuturkan, sepanjang semester I/2020 Tower Bersama mampu membukukan penyewaan kotor sebanyak 2.517 tenant, terdiri atas 370 site telekomunikasi dan 2.147 kolokasi; sehingga secara akumulasi, perseroan tercatat memiliki 31.039 penyewaan dan 15.893 site telekomunikasi. (Lihat videonya: Sepeda Kayu dari Limbah Kayu Pinus)
Realisasi tersebut hampir mendekati target yang dipatok perseroan untuk 2020 yakni 3.000 tenant baru. Adapun dengan penyewa sejumlah itu, rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan telah mencapai target yakni menjadi 1,96, naik dari 1,85 pada akhir 2019. (Heru Febrianto)
CFO Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan, untuk menjaga pertumbuhan bisnis ke depan, perseroan akan lebih fokus pada pertumbuhan organik meski tidak menutup peluang untuk akuisisi menara baik dari perusahaan yang lebih kecil maupun dari operator telekomunikasi. (Baca: Salat Dhuha Bukan Sekedar Membuka Pintu Rezeki)
Helmy mengatakan ada sejumlah hal yang menjadi pertimbangan ketika perseroan akan melalukan akuisisi, mulai lokasi aset, prospek ke depan, hingga valuasi atas aset yang akan diakuisisi.
“Kita sudah punya 15.000 site di seluruh Indonesia. Kalau kita ingin akuisisi sesuatu, kita melihat apakah di tempat target akuisisi itu kita sudah punya tower banyak apa belum dan bagaimana prospeknya untuk meraih tenant baru,” kata Helmy di Jakarta kemarin.
Dia pun menegaskan akuisisi memang menjadi salah satu strategi pertumbuhan perseroan; tapi jika valuasi dan nilai strategis dari aksi korporasi tersebut dinilai kurang pas, perseroan tidak akan memaksakan hal tersebut.
“Strategi utama kita tetap organic growth. Hingga saat ini (semester I/2020), kita sudah mendapat 2.517 tenant. Itu pertumbuhan tenant yang terbaik sepanjang sejarah pertumbuhan organiknya Tower Bersama,” jelas Helmy. (Baca juga: Sekolah di Merangin Mulai Belajar Tatap Muka dengan Protokol Ketat)
Sementara itu, CEO Tower Bersama Infrastructure Hardy Liong menambahkan bahwa industri menara telekomunikasi (tower) termasuk industri yang defensif di era pandemi, karena pendapatan mereka mengandalkan pembayaran dari kontrak jangka panjang atas sewa menara telekomunikasi.
“Kontraknya itu 10 tahun dan dari kontrak eksisting kita tidak mengalami masalah, pembayaran dari operator telko juga tepat waktu. Ditambah kontrak baru yang kita dapatkan selama pandemi ternyata cukup baik,” kata Hardy.
Dia menuturkan, sepanjang semester I/2020 Tower Bersama mampu membukukan penyewaan kotor sebanyak 2.517 tenant, terdiri atas 370 site telekomunikasi dan 2.147 kolokasi; sehingga secara akumulasi, perseroan tercatat memiliki 31.039 penyewaan dan 15.893 site telekomunikasi. (Lihat videonya: Sepeda Kayu dari Limbah Kayu Pinus)
Realisasi tersebut hampir mendekati target yang dipatok perseroan untuk 2020 yakni 3.000 tenant baru. Adapun dengan penyewa sejumlah itu, rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan telah mencapai target yakni menjadi 1,96, naik dari 1,85 pada akhir 2019. (Heru Febrianto)
(ysw)