Waspadai IHSG hari ini rawan aksi ambil untung

Kamis, 18 April 2013 - 08:24 WIB
Waspadai IHSG hari ini...
Waspadai IHSG hari ini rawan aksi ambil untung
A A A
Sindonews.com - Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada melihat, semakin dekatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan target resistennya di level 5.000 tampaknya hanya akan menjadi pencapaian yang dipaksakan, sehingga IHSG rawan profit taking (ambil untung).

"Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan akan berada pada support 4.947-4.960 dan resistance 5.010-5.030. Berpola menyerupai bullish engulfing di atas middle bollinger bands (MBB). MACD masih mendatar dengan histogram negatif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic mencoba upreversal," kata Reza, kamis (18/4/2013).

Reza mengatakan, IHSG kembali berhasil melewati batas resistennya (4.956-4.963) dan membentuk new break high. Akan tetapi, IHSG juga membentuk adanya gap di level 4.945-4.954.

"Selama pelaku pasar masih mempertahankan daya belinya dan tidak terpengaruh untuk menutup gap tersebut dan disertai dengan asing yang diharapkan masih akan nett buy maka laju IHSG pun akan bertahan positif meski perlu juga mewaspadai potensi profit taking setelah IHSG menembus rekor terbarunya," tegas Reza.

Di sisi lain, Reza memandang, taget level 5.000 yang sebentar lagi dicapai IHSG tampaknya tidak akan bertahan lama dan bahkan hanya terkesan menunaikan kewajiban untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.

"Bukan kami bermaksud pesimis dengan IHSG yang belum akan mencapai level 5.000, namun ada baiknya jika pencapaian IHSG ke level 5.000 (tinggal 2 poin lagi) tentunya juga didukung dengan sentimen-sentimen yang ada, sehingga pencapaian level 5.000 itu tidak terkesan “it doesn’t meaning nothing”, dimana hanya lebih dikarenakan eforia semata tanpa dukungan secara fundamental," kata Reza.

Jika tanpa dukungan kuat dari sisi fundamental, lanjutnya, maka IHSG juga tidak akan bertahan lama di level 5.000. Hanya karena ingin dipaksakan lalu pelaku pasar akan SoS (sell on strength). Dari sisi internal, terdapat belum jelasnya bagaimana mekanisme penyesuaian harga BBM dan seberapa besar pengaruhnya terhadap inflasi.

Sementara dari eksternal, sentimen negatif masih ada dari kekhawatiran terjadinya perang di Semenanjung Korea, rendahnya pertumbuhan China, masalah bailout sejumlah negara di Eropa, masalah debt ceiling dan fiscall cliff yang kemungkinan masih akan muncul, dan rilis kinerja emiten-emiten global yang kemungkinan bertumbuh di bawah estimasi, sehingga dapat mempengaruhi laju indeks saham global.

IHSG kemarin masih melanjutkan kenaikan pasca rilis naiknya housing start (MoM) dan turunnya inflasi AS serta rilis kinerja emiten-emiten AS yang melampaui estimasi pendapatan dan laba bersih. Di sisi lain, naiknya proyeksi pertumbuhan Asia Timur oleh IMF mendorong hasrat pelaku pasar untuk melakukan aksi beli terhadap saham-saham yang telah terdiskon sebelumnya.

Sementara dari internal, banyaknya kabar positif dari para emiten yang merilis berita pembagian dividen dan eskpektasi akan lebih baiknya rilis kinerja Q1/2013 setidaknya dapat mengimbangi sentimen negatif dari belum jelasnya opsi dan mekanisme harga baru BBM.

Nett buy
asing pada saham-saham big cap turut mempertahankan IHSG menghijau. Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.998,65 (level tertingginya) di akhir sesi 2 dan menyentuh level 4.953,47 (level terendahnya) di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.945,25.

Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan penurunan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.

Pergerakan nilai tukar rupiah rebound tipis dengan sentimen rilis kenaikan leading index Australia dan imbas menguatnya IHSG yang disertai dengan naiknya aliran dana asing serta melemahnya harga komoditas emas sebagai safe heaven asset.

Di sisi lain, adanya rencana kenaikan BBM yang diperkirakan akan meningkatkan laju inflasi diekspektasikan oleh pelaku pasar bahwa BI akan segera menyesuaikan level BI rate dari yang ada saat ini di level 5,75 persen, namun kenaikan rupiah dibatasi olah penilaian APBN 2013 akan mengalami pembengkakan dengan kisaran 2-2,4 persen dari 2012 sebesar 1,63 persen.

Indeks saham Asia variatif dengan pelemahan di bursa saham China setelah perkiraan laju kredit perbankannya akan melambat dan penguatan pada Nikkei setelah IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan Jepang dengan estimasi adanya stimulus akan mengangkat perekonomian Jepang ke depannya.

IMF memperkirakan Jepang akan bertumbuh 1,6 persen tahun ini dari perkiraan sebelumnya 1,2 persen dan 1,4 persen di 2014. Selain itu, pelaku pasar juga merespon positif kenaikan data-data perumahan AS. Di sisi lain, IMF malah menurunkan proyeksi pertumbuhan China dari 8,2 persen menjadi 8 persen di tahun ini.

"Kami melihat ada bagusnya juga jika Pemerintah memang ingin memaksakan harga BBM bersubsidi naik di bulan Mei. Karena tidak akan merubah siklus IHSG. Artinya siklus IHSG dimana bulan Mei biasanya terjadi penurunan tetap akan terjadi, sehingga sentimen negatif dari kenaikan harga BBM tersebut menambah sentimen-sentimen negatif lainnya dari global," tutur dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4263 seconds (0.1#10.140)